
PALANGKA RAYA, KALTENGTERKINI.CO.ID – Derasnya arus informasi dan komunikasi yang berbasis teknologi digital dan aplikasi jaringan cyber membuat banyak masyarakat yang belum bisa membedakan mana informasi akurat dan kredibel dan mana yang tidak sehingga diperlukan edukasi, sosialisasi dan literasi yang banyak agar masyarakat betul-betul menguasai perbedaan informasi hoax,penipuan serta kejahatan cyber.
Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, Persandian dan Statistik Provinsi Kalimantan Tengah (Diskominfosantik Provinsi Kalteng) Agus Siswadi menjadi narasumber pada Seminar Pelajar & Mahasiswa kategori Remaja-Pemuda. Seminar ini diprakarsai oleh Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Persatuan Intelegensia Kristen Indonesia (PIKI), yang digelar di lantai 2 Gedung Rektorat – Universitas Palangka Raya, Jumat (24/2/2023).
Kegiatan ini dihadiri Ketua DPD Persatuan Inteligensia Kristen Indonesia Kalteng Lukas serta sejumlah narasumber lainnya diantaranya Dosen Komunikasi Universitas Indonesia Bernika Y. Narang, Dosen Fakultas Perikanan Universitas Kristen Palangka Raya Dr. Infa Minggawati, dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kalteng Yulius, dari Kantor Perwakilan BANK Indonesia Kalteng Telsy A. Nomorissa serta moderator Aleksius Ceca. (WDY/Foto:To
Narasumber dalam kegiatan literasi digital tersebut pada yaitu mantan Gubernur Kalteng yang juga menjabat sebagai anggota DPD RI Provinsi Kalteng Agustin Teras Narang. Pada kesempatan ini, Teras Narang mengatakan seminar kali ini mengangkat masalah yang sangat penting yakni Cakap Budaya Digital sebagai Penguatan Karakter Bangsa.
“Kalau kita mengikuti era sekarang ini, betapa cepatnya perubahan yang terjadi. Kita pernah tahu apa yang kita katakan sebagai revolusi industri 4.0 dan kemudian kita mengenal tentang society 5.0 dan sekarang berkembang luar biasa adalah berkenaan dengan teknologi informasi. Dunia sekarang tidak ada jendela, dunia sekarang ini tidak ada lagi dinding-dinding penyekat. Seketika kita mencet HP kita dan kita tekan sesuatu, seketika seluruh daerah-daerah di dunia akan dapat menerima apa yang kita sampaikan”, tutur Teras.
Tidak hanya itu Teras juga menyampaikan terkait penggunaan informasi digital agar lebih hati-hati dan bijak dalam penggunaan nya serta harus dipahami setiap informasi yang masuk ke pengguna smartphone disisi lain masih banyak wilayah yang belum terjamah jaringan seluler.
“Tentu dengan keleluasaan yang luar biasa ini, kita harus berhati-hati. Apa yang bisa kita lakukan dan apa yang tidak boleh kita lakukan. Di sini kita berbicara dengan masalah sosial budaya, pergaulan dan digitalisasi dalam bidang keuangan. Berdasarkan data dari seluruh wilayah yang ada di Indonesia hanya lebih kurang 60 persen lebih terjangkau oleh internet. Berarti 40 persen dari jumlah 272 juta jiwa penduduk Indonesia belum merasakan atau mengenal informasi teknologi”, imbuhnya.
Teras berpesan berkenaan dengan masalah budaya digital, kalau tidak sekarang memahaminya, kapan lagi. Kalau bukan kita yang memahaminya, siapa lagi.
Dikesempatan lain salah satu Dosen Dari Unkrip, Infa Minggawati juga menyampaikan hal senada.
” Arus teknologi yang begitu cepat terlebih di dunia cyber digitalisasi memang mudah diterima sebagian masyarakat namun disisi lain di pelosok daerah belum tentu mereka mendapatkan teknologi informasi yang berbasis digital serta jaringan internet yang masih belum banyak tersedia di pelosok daerah, ditambah dengan minimnya pengetahuan tentang disinformasi yang menyesatkan dan terkesan hoax maupun penipuan oleh sebab itu seminar ini sangatlah penting” ucapnya.
Sementara itu, pada seminar ini, Kadis Kominfosantik Provinsi Kalteng Agus Siswadi memaparkan terkait pentingnya Literasi Digital. Literasi merupakan kemampuan dalam mengolah data dan memahami informasi saat melakukan proses membaca dan menulis. Sementara itu, berdasarkan Seri Buku Litrasi Digital Kerangka Literasi Digital Indonesia, Literasi Digital merupakan kemampuan menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk menemukan, mengevaluasi, memanfaatkan, membuat, dan mengomunikasikan konten/informasi, dengan kecakapan kognitif maupun teknikal.
“Di era digital teknologi mengubah cara orang menerima Informasi. Dunia berubah, kita harus ikut berubah jika tidak ingin tertinggal”, ucap Agus Siswadi.
Agus Siswadi mengajak mengenal perbedaan dua generasi yakni Generasi Imigran dan Generasi Digital. Perbedaan cara belajar Generasi Imigran dan Generasi Digital, yakni pada Generasi Imigran seperti belajar dipahami sebagai hal serius dan harus dengan cara serius, sumber belajar berupa buku, konsentrasi pada satu masalah, berpikir linear, pelit terhadap pengetahuan, proses pembelajaran lebih banyak menggunakan metode ceramah.
Pada Generasi Digital, seperti belajar sebagai sesuatu yang menyenangkan, karena bisa dilakukan dari banyak hal (bermain game, menonton film, dll), sumber bacaan tidak terbatas dari buku/teks (Video, lagu, Film, Game), mengandalkan sumber belajar yang beragam, belajar dapat dilakukan sambil menghibur diri, senang berbagi pengetahuan untuk pihak lain serta proses pembelajaran lebih senang dengan cara berbagi. Lebih lanjut disampaikan, tiga elemen penting dari Literasi Digital, pertama, berhati-hatilah melindungi diri sendiri dan orang lain.
“Generasi Milenial atau disebut generasi Y telah memasuki abad 21. Karenanya milenial dituntut memiliki kecakapan dan keterampilan yaitu 4C atau Collaboration, Critical Thinking and Problem Solving serta Creativity and Innovation. Keseimbangan antara dunia digital dengan dunia nyata, memahami bahwa dunia digital memiliki pengaruh yang sangat besar serta harus waspada terhadap berbagai potensi masalah dan memahami pentingnya keamanan data pribadi”, ungkap Agus.
Kedua, bersikaplah cerdas dengan mendidik diri sendiri dan orang lain.
“Memahami semua yang kita lakukan di dunia digital, menggunakan media digital sebagai tools/alat untuk mengingkatkan kinerja dalam pekerjaan/kegiatan kita, literasi digital juga dapat membantu kita menentukan mana yang benar dan mana yang tidak akurat”, imbuhnya.
Terakhir, menjadi sosial seperti hormati dirimu dan orang lain.
“Penggunaan teknologi digital dapat menjadi solusi mengembangkan diri dalam sosialisasi, aturan, kebijakan dan regulasi dapat membantu semua orang untuk menjadi pengguna media digital yang baik serta saling mengingatkan terhadap pengguna digital terhadap keamanan data atau jejak digital”, jelasnya.
Agus Siswadi menekankan bagaimana menyikapi media sosial secara bijak mulai dari selalu waspada dan jangan langsung percaya, menjaga etika, tidak perlu detail mencantumkan informasi dan jangan asal posting konte