
Tahun 2024 ini, tepatnya pada 14 Februari 2024 dua peristiwa yang mungkin terlihat berbeda, namun pada intinya, membawa pesan yang sama bagi kita sebagai umat manusia yang hidup di dunia yang penuh dengan cinta dan tanggung jawab.
Pertama-tama, adalah hari Valentine. Dimana banyak orang merayakan cinta dan kasih sayang. Namun, kita perlu ingat bahwa cinta sejati bukan hanya tentang perasaan romantis, tetapi juga tentang kasih sayang, pengorbanan, dan kesetiaan. Dalam hidup ini, Tuhan telah memberikan kita kasih-Nya yang tak terbatas, sebagai contoh sejati tentang cinta yang abadi.
Sekarang, mari bandingkan dengan pemilu, sebuah proses dimana kita memiliki kesempatan untuk memilih pemimpin yang akan membimbing dan mewakili kita. Pemilu mengajarkan kita tentang tanggung jawab untuk memilih dengan bijak, memikirkan kepentingan bersama, dan berpartisipasi dalam proses demokrasi. Tanggung Jawab dalam Pemilu. Amsal 29:2 (TB): “Apabila orang benar memerintah, banyaklah orang bersukacita; tetapi apabila orang fasik berkuasa, banyaklah orang mengeluh.”
Dalam kedua peristiwa ini, kita diajak untuk membawa cinta kasih dan tanggung jawab dalam tindakan sehari-hari. Sebagaimana cinta Tuhan yang tak terbatas, kita diingatkan untuk mencintai sesama, berbagi kasih sayang, dan memberikan pengorbanan.
Yohanes 15:13 (TB): “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya karena teman-temannya.”
Jadi, dalam merayakan Valentine dan pemilu 2024 kali ini, mari kita jadikan cinta sebagai pemandu dalam setiap tindakan kita. Baik dalam hubungan pribadi maupun dalam memilih pemimpin, semoga kita selalu mengutamakan nilai-nilai kasih, keadilan, dan kesetiaan. Dengan begitu, kita dapat menjadi cermin cinta Tuhan di dunia ini.
Dalam 1 Korintus 13:4-7 (TB): “Cinta itu sabar, dan murah hati; cinta itu tidak cemburu; tidak memegahkan diri dan tidak bermusuhan; tidak mementingkan diri sendiri, tidak mencari keuntungan diri sendiri, tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.” Begitu pula Kolose 3:12 (TB): “Sebagai orang yang dipilih oleh Allah yang kekasih, yang kudus dan dikasihi, pakailah hati belaskasihan, kemurahan, kelemahlembutan, rendah hati dan sabar.”
Mari kita renungkan dan terapkan ajaran-ajaran ini dalam hidup kita, baik dalam hubungan pribadi maupun dalam partisipasi dalam proses pemilu
Sebagai Ilustrasi, cobalah bayangkan jika cinta itu seperti pemilu. Kamu punya beberapa kandidat hati yang berusaha memenangkan suara hatimu. Mereka kampanye dengan janji manis, seperti “Aku akan selalu membuatmu tersenyum” atau “Aku akan menjadi pendampingmu sepanjang hidup.” Kamu pun harus memilih dengan bijak, jangan sampai pilihannya seperti “Aku akan membuatmu pusing setiap hari.”
Sekarang, bayangkan jika pemilu itu seperti Valentine. Calon-calon hatimu berlomba-lomba memberikan hadiah. Ada yang memberikan cokelat dengan pesan, “Cokelat ini sekecil perhatianku padamu,” atau mungkin bunga dengan kartu yang bertuliskan, “Seperti bunga yang mekar, begitu pula cintaku padamu.”
Dalam keduanya, kita belajar bahwa proses memilih dan mencintai sebenarnya serupa. Kita harus memilih dengan hati-hati, memperhatikan janji-janji dan menilai apakah kandidat atau pasangan itu benar-benar memenuhi harapan kita. Namun, tak lupa kita juga perlu menyemangati diri sendiri untuk tidak terlalu serius, karena hidup ini juga butuh sentuhan humor.
Jadi, mari kita hadapi “pemilu cinta” ini dengan senyuman dan kebijaksanaan, karena pada akhirnya, kita semua mencari pemimpin hati yang terbaik dengan kebahagiaan yang tulus dan tawa yang tak terhitung. (red)