Tentukan Arah Kebijakan Pembangunan Berbasis IPTEK dan Inovasi
Melihat Bencana dan Murka Tuhan Dengan Benar

Awal tahun 2025 ini, bencana alam mewarnai pergantian tahun. Di Wilayah Indonesia sendiri tepatnya di Ende, NTT banjir bandang dan longsor terjadi. Bahkan di beberapa lokasi di Kalimantan Tengah pun mengalami hal yang sama.
Namun pada tanggal 5 Januari 2024 kembali dunia dihebohkan dengan berita viral yang sangat mengejutkan. Pasalnya, dibeberapa negara mengalami bencana, seperti kebakaran hutan di California dan selanjutnya, tidak lama setelah bencana kebakaran yang menyisakan kepedihan dan penderiataan di LA/ California – USA.
Masih dalam wilayah USA, Texas, muncul musibah yang disebabkan Angin Tornado di Texas.
Kebakaran hutan yang melanda LA dihubungkan dengan dugaan pengelolaan alam yang kurang baik. Para ahli lingkungan hidup berpendapat bahwa perubahan iklim yang ekstrem yang menimbulkan kondisi yang tidak kondusif memicu sekecil apapun percikan api cepatnya menyebar.
Sedangkan Tornado yang menghancurkan menunjukkan betapa tidak terduganya kekuatan alam.
Dalam Kejadian 1: 26, 28, Tuhan mempunyai tujuan dalam penciptaan manusia dan memberikan perintah agar manusia memenuhi bumi dan menaklukannya mengelola bumi ini. Sehingga manusia mengausainya. “Supaya mereka berkuasa (radah)…” dan “… penuhilah bumi dan taklukkanlah (kabash) itu,..” dalam 2 kata tersebut terkandung makna yang lebih dalam adalah manusia agar dapat mengatur keberlangsungan dari bumi yang merupakan bagian dari semesta yang Tuhan ciptakan.
Kembali kepada bencana-bencana yang terjadi. Khususnya yang baru-baru ini viral.
Dalam menyikapi bencana tersebut, untuk mengingat kembali tujuan kita diciptakan. Sudahkah kita mengatur dan mengelola bumi ini dengan baik, sesuai dengan yang dikehendakiNya, perlunya menjaga ciptaan-Nya dan tidak menganggap sepele tanggung jawab manusia sebagai pengelola dan penjaga bumi.
Tidak dapat dipungkiri, banyak sekali spekulasi-spekulasi yang diutarakan terkait bencana yang menimpa saudara-saudara kita di LA/ California. Sebab beberapa waktu sebelum peristiwa itu terjadi, seperti yang ramai ditayangkan di Sosial Media. Ada sebuah acara yang dianggap sangat-sangat melecehkan Tuhan sebagai Sang Pencipta Dunia ini.
Hal tersebut dikaitkan dengan sebuah perintah yang terdapat dalam Keluaran 20:7 agar kita menaruh hormat akan nama Tuhan dan tidak sembarangan menggunakan atau mengatasnamakan NamaNya.
Ayat ini mengingatkan kita akan pentingnya menghormati dan memuliakan nama Tuhan. Menggunakan nama Tuhan dengan sembarangan mencerminkan ketidakpedulian terhadap kekudusan-Nya dan dapat mengakibatkan konsekuensi spiritual.
Sebagaimana dapat dilihat dalam tayangan-tayangan Sosial Media, ada sebuah acara yang melakukan voting dalam sebuah program acara TV Golden Globes. Selanjutnya beberapa pilihan disampaikan dan salah satunya sebuah pilihan untuk “God The Creator Of The Universe (Tuhan Pencipta Alam Semesta). Ketika hasil voting menunjukkan bahwa pilihan untuk Tuhan adalah “nol.”
Hal ini diyakini sebagai cerminan sikap masyarakat Milenial yang semakin mengabaikan nilai-nilai spiritual dan Kekudusan Nama TUHAN.
Namun kita juga perlu dengan bijak, agar tidak serta merta memberikan penghakiman kepada korban yang terdampak. Pasalnya, tidak sedikit dari mereka yang merupakan umat yang taat beribadah dan mengakui Keberadaan dan KebesaranNya.
Bahkan di tengah-tengah sisa-sisa puing rumah yang terbakar tampak sekelompok orang yang tetap menyanyikan pujian dan pengagungannya kepada Tuhan.
Apakah hanya TV Golden Globes saja yang melecehkan Nama Tuhan? Sepertinya, kita harus jujur dengan diri kita sendiri. Karena, tanpa disadari barangkali kita pun pernah bahkan sering tidak hormat terhadap NamaNya Yang Kudus.
Sebagai contoh, kita sering bersaksi dusta tetapi dibungkus dengan kalimat “Sumpah, Demi Tuhan… bukan saya!” atau Para Pejabat, Pemimpin Instansi yang mengambil sumpah dengan meletakkan tangan di atas Kitab Suci atau di tumpangi Kitab Suci kepalanya.
Selanjutnya, mengucapkan kata-kata sumpah atau janji jabatan dengan menyisipkan nama Tuhan di sana. Tetapi ketika berjalannya masa jabatan, dirinya menghalalkan segala cara untuk keangkuhan dan kenyamanan diri sendiri.
Bukankah itu juga melecehkan NamaNya? Tetapi beruntung, karena murka Tuhan tidak secara langsung terjadi.
Oleh karena itu, kita perlu juga menilik lebih lagi apa yang di katakan Ayub dalam 2:10. “Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?” juga Mazmur 34:20 yang mengatakan “Kemalangan orang benar banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu;…”
Untuk itu, kita hendaknya selalu bergantung pada kekuatan Tuhan dan mengingat bahwa segala sesuatu di luar kendali diri kita memerlukan pengakuan akan kebesaran-Nya.