
Kolose 2:6-8 (TB) Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur. Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus.
Pendahuluan
Dalam setiap pergantian hari, bulan dan tahun tentunya semua orang mengharapkan sebuah progres yang semakin baik. Namun terkadang apa yang kita harapkan berbeda dengan kenyataan yang ada. Dan ketika harapan dan kenyataan yang berbeda itu menghampiri hidup kita, tidak jarang banyak yang putus asa, kecewa dan lebih parah lagi meninggalkan Tuhan.
Oleh karena itu, dalam mengisi hari-hari di tahun yang baru ini, kita perlu memperbaiki komitmen kita dengan Tuhan.
Sedikit tentang Latar Belakang Surat Kolose. Surat ini ditulis dengan maksud menegaskan tentang Supremasi Yesus terhadap Semesta ini.
Tujuan Rasul Paulus menulis Surat ini karena dirinya mendengar bahwa jemaat Kolose sedang digoyahkan dengan berbagai praktek dan ajaran yang menyimpang. Ajaran-ajaran dan praktik-praktik Fake/ tidak benar di Kolose memengaruhi para jemaat di sana dan mengancam iman mereka. Sehingga Surat ini dipakai untuk mengingatkan setiap orang percaya supaya hidupnya berfokus kepada Tuhan dan mengalami pertumbuhan rohani yang maksimal dan berpadanan dengan kebenaran Firman Tuhan.
Dizaman sekarang ini, banyak hal yang dapat menggoyahkan Iman, selain dari pada ajaran Palsu tentang Yesus. Sering kali kita mendengar godaan tersebut dalam bentuk Kedudukan (takhta), Kekayaan (Harta) dan Cinta. Oleh ketiga hal ini, banyak sekali yang gagal dan menggadaikan imannya.
Paulus memberitakan perintah dengan kata “Hendaklah.” Dalam artian, dirinya ingin jemaat tetap dalam komitmen mereka ketika mereka pertama kali menyatakan iman percayanya dan mengikut Yesus.
Pesan ini juga berlaku bagi kita yang hidup di era milenial yang serba digital ini. Sehingga kita perlu merekomitmen kembali dalam mengiring Dia.
Kenapa kita perlu memperbaiki komitmen dengan Tuhan?
Hal yang menarik adalah Paulus menggunakan beberapa kiasan yang berhubungan dengan tumbuhan, bangunan kekuatan ketika menggambarkan sikap (Komitmen) di dalam mengikut Tuhan. Pertama, komitmen dalam mengiring Tuhan diperlukan agar iman dan pengaharapan kita berakar semakin dalam dan kuat.
Umat Tuhan seringkali digambarkan seperti pohon. Pohon tentu memiliki agar yang berfungsi menyokong dan mengikat tubuh tumbuhan agar berdiri kuat di tanah. Selain itu akar juga befungsi sebagai tempat untuk menyimpan cadangan makanan. Akar sebagai bagian tumbuhan untuk menyerap air dan mineral yang diperlukan. (Bandingkan dengan Mazmur 1: 1-3; 92: 13-14).
Orang yang imannya berakar di dalam Tuhan Yesus, tidak akan digoyahkan oleh persoalan apapun juga. Untuk dapat berakar, seseorang harus memiliki pemahaman dan pengenalan yang benar tentang Pribadi Yesus. Sebagai mana yang tertuang dalam Kredo atau Pengakuan Iman yang diwariskan oleh Para rasul.
Yang kedua, Umat Tuhan seringkali digambarkan dengan sesuatu yang berhubungan dengan bangunan atau tembok. Disini Kata “dibangun” menunjukkan sesuatu yang dibentuk, dibuat , dijadikan dengan maksud tertentu bisa sebagai tempat tinggal, berteduh dll.
Tentunya menjadi sebuah bentuk yang baik. Tidak ada seorang tukang bangunan membuat karyanya dengan serampangan. Agar dalam kondisi cuaca apapun tetap kokoh berdiri.
Demikian juga dengan kita. Kita dibangun dengan berbagai hal; kesuksesan, keberhasilan, gesekan, kekecewaan, kehilangan. Apakah dalam setiap kondisi tersebut kita masih memiliki pemahaman dan pengenalan akan Tuhan Yesus secara benar atau tidak.
Dalam kesuksesan, bahkan tidak sedikit seseorang jatuh dalam dosa dan disatu sisi dalam situasi yang tidak mengenakkan tidak jarang juga seseorang malah memiliki iman yang kuat. Atau sebaliknya, ada orang yang bisa bersyukur ketika diberi kelimpahan dan ada seseorang yang meninggalkan Tuhan saat kesengsaraan terjadi. Kesemua hal itu membentuk pribadi dan membangun iman kita. Agar, (Yang Ketiga) kita semakin bertambah Teguh/Kuat.
Ingatlah “Setiap hal yang Tuhan ijinkan terjadi dalam hidup kita, dengan maksud agar kita menjadi pribadi yang kuat, berkarakter dan berintegritas. “
Tujuan Rasul Paulus menulis Surat Kolose ini karena dirinya mendengar bahwa jemaat Kolose sedang digoyahkan dengan berbagai praktek dan ajaran yang menyimpang. Ajaran-ajaran dan praktik-praktik palsu di Kolose memengaruhi para jemaat di sana dan mengancam iman mereka. Sehingga Surat ini dipakai untuk mengingatkan setiap orang percaya supaya hidupnya berfokus kepada Tuhan dan mengalami pertumbuhan rohani yang maksimal dan berpadanan dengan kebenaran Firman Tuhan.
Untuk itu (yang Keempat), Selalu bersyukur (Melimpah dengan syukur). Dalam setiap kondisi Rasul Paulus mengingatkan jemaat Kolose untuk bersyukur Melimpah dengan syukur. Dalam perspektif iman Kristen Bersyukur menjadikan kita dapat melihat karya keselamatan yang telah dikerjakan Yesus Kristus atas hidup kita. Selain itu, bersyukur juga memampukan seseorang menjalani hidup dengan kualitas iman yang selalu mengandalkan Tuhan Yesus karena Dia ada bersama di sepanjang perjalanan kehidupan ini. Bandingkan dengan Filipi 4:6, melalui ucapan syukur kecemasan karena kekuatiran yang berlebihan akan sirna. Karena dengan mengucap syukur kita mempercayakan hidup kita kepada Sang Pemilik Kehidupan ini, yakni Yesus Kristus yang telah menebus kita melalui kematianNya di Salib.
Akhirnya, milikilah pemahaman dan pengenalan yang benar tentang Dia. Dengan mengenal Yesus secara benar dapat terhindar dari informasi dan pengajaran yang menyimpang tentang Yesus. Sehingga kita selalu memiliki kewaspadaan dan “Berhati-hati dengan ajaran Palsu (Filsafat Kosong).”
Pada saat surat Kolose ini ditulis Paulus, kemungkinan besar ada kelompok atau aliran tertentu yang menerbarkan pemahaman dan ajaran-ajaran yang berpotensi menyelewengkan kebenaran. Matthew Henry dalam Commentary nya mengatakan bahwa ungkapan kehati-hatian (blepete), bukan sebuah perintah yang mendadak tetapi tingkat kewaspadaan yang cukup tinggi sebab adanya oknum atau tertentu yang mencoba goyahkan iman yang benar di dalam Kristus (Matthew Henry).