
PALANGKA RAYA, KALTENGTERKINI.CO.ID – Tenaga Ahli Dewan Pers Marah Sakti Siregar hadir sebagai narasumber dalam Pelatihan Penulisan Tajuk dan Opini, yang diselenggarakan PWI Provinsi Kalimantan Tengah di Luwansa Hotel, Sabtu (21/10/2023).
Marah Sakti mengatakan menulis tajuk dan opini adalah bagian dari pekerjaan kewartawanan, jurnalis, Media. Dalam perbedaannya harus diketahui bahwa menulis opini adalah pekerjaan pribadi atau individu wartawan, bahkan mungkin bukan oleh wartawan. Tetapi menulis tajuk, adalah pekerjaan Media.
“Jadi menulis tajuk berbeda dengan menulis opini. Menulis opini itu bebas siapa saja, tetapi menulis tajuk sebagai sikap dan isi dan pandangan Media terhadap permasalahan-permasalahan yang ada di masyarakat,” jelasnya.
Menulis tajuk adalah pekerjaan redaktur, terutama pemimpin redaksi. Jika pemimpin redaksi berhalangan, ia bisa diwakilkan oleh salah satu editor atau redaktur pelaksana. Tetapi disebutkan oleh Marah Sakti bahwa sekarang karena Media begitu luas, maka tugas untuk menulis tajuk itu juga menjadi tugas para wartawan.
Wartawan perlu untuk mempelajari ini bagaimana caranya menulis tajuk, apa itu tajuk dan sebagainya. Dengan demikian dia bisa mengeluarkan pandangan-pandangannya sesuai dengan visi misi dari medianya.
Jadi menulis tajuk itu dikerjakan oleh wartawan atau mereka yang bekerja di media itu untuk menyalurkan visi misi dari medianya.
“Jadi kalau visi misi medianya membela rakyat kecil, misalnya maka pandangannya harus seperti itu tidak boleh membela oligarki dan sebagainya. Dia harus tunduk pada visi misinya untuk membela rakyat. Jadi tulisan tajuk kita tegak lurus dalam visi misi itu untuk menghadapi persoalan apapun,” tegas Marah Sakti.
“Biasanya kendala atau tantangan wartawan dalam menulis tajuk adalah belum memahaminya makna tajuk itu sendiri. Apalagi sekarang ini zaman AI (Artificial Intelegent) kita harus tingkatkan diri kita, kalau tidak, maka pekerjaan akan diambil alih semua oleh AI.
Semua wartawan haruslah terus belajar, mesti lebih cerdas dari AI, karena faktor X yang tidak bisa dilakukan AI adalah sisi humanis bagaimana menilai keadilan yang sesungguhnya,” tutupnya.