Kalteng Deflasi 0,53 Persen, ini Komoditas yang Memberikan Andil Deflasi Bulanan

Kepala BPS Provinsi Kalteng, Agnes Widiastuti, saat menyampaikan rilis berita resmi statistik. (foto/Aryan)

PALANGKA RAYA, KALTENGTERKINI.CO.ID – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Tengah kembali merilis Konferensi Pers Berita Resmi Statistik mengenai pertumbuhan dan perekonomian di Kalteng pada periode bulan Mei 2025.

Dalam pemaparannya, Kepala BPS Provinsi Kalteng, Agnes Widiastuti, menyampaikan pada Pada Mei 2025, Provinsi Kalimantan Tengah secara month-to-month (m-to-m), mengalami deflasi sebesar 0,53 persen.

Kalimantan Tengah berada di posisi ke-12 deflasi m-to-m terdalam pada level nasional. Sementara secara year on year (y-on-y) terjadi inflasi sebesar 0,46 persen dan secara tahun kalender (y-to-d) terjadi inflasi sebesar 0,76 persen.

“Pada level nasional, terjadi deflasi m-to-m sebesar 0,37 persen. Sedangkan secara yon-y, inflasi nasional sebesar 1,6 persen”, ujar Agnes, diruang Rapat Vicon Kantor BPS Kalteng, Selasa (2/6/2025).

Selain itu dijelaskannya, secara umum mengalami deflasi, ada beberapa komoditas yang mengalami peningkatan harga atau inflasi, diantaranya, Tomat, Tarif Pulsa Ponsel, dan Emas Perhiasan dengan andil masing-masing sebesar 0,02 persen.

Selanjutnya secara spasial, 4 kabupaten/kota IHK di Provinsi Kalimantan Tengah secara month to month seluruhnya mengalami deflasi.
Deflasi month to month di Sampit tercatat sebesar 0,08 %; Kabupaten Kapuas sebesar 1,43 %; Kabupaten Sukamara sebesar 0,27 persen; dan Kota Palangka Raya sebesar 0,15 persen.

“Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi bulanan di seluruh Kab/Kota, yaitu, Cabai Rawit dan Bawang Merah”, tambahnya.

Dapat disimpulkan beberapa fenomena pada bulan Mei 2025 yang menyebabkan deflasi/inflasi, antara lain, cabai rawit mengalami penurunan seiring dengan melimpahnya pasokan di musim panen, baik dari local maupun luar daerah (Jawa dan Banjarmasin), bawang Merah mengalami penurunan seiring dengan panen raya di berbagai wilayah sentra, seperti Brebes dan Bima, emas perhiasan harganya semakin meningkat, baik mengikuti harga emas dunia maupun dipengaruhi oleh nilai tukar mata uang rupiah.

EDITOR:Edwandani


SUMBER: