Ada Apa di Betlehem?

Pdt. Daniel Susanto S.Th.

“Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita.” (Lukas 2:15)

Tanpa terasa kita telah sampai pada bulan terakhir di tahun 2024 ini, yaitu Desember. Sebagaimana diketahui bersama Desember adalah bulan yang memiliki kesan tersendiri bagi masyarakat Kristen. Dimana, bulan ini dalam Kalender Gerejawi menjadi sebuah bulan bukan saja mengenang akan penantian Mesias atau Juruselamat, tetapi juga menjadi sebuah perayaan yang sangat meriah karena telah lahir seorang Juruselamat, yakni Firman Allah berinkarnasi menjadi sosok manusia, Yesus.

Pada tahun ini, Aras Gereja PGI dan KWI mengajak kita menapak tilas peristiwa besar tersebut denngan mengusung Tema yang didasari dari Injil menurut St. Lukas pada Pasal 2 ayat 15 “.”Marilah kita pergi ke Betlehem.”

Tema tersebut adalah berisikan penggalan berita yang disampaikan Malaikat kepada para penggembala domba yang sedang beristirahat di padang, setelah berlelah menjaga kawanan domba yang digembalakannya.

Ketika, memperhatikan tema tersebut, tentunya semua kita akan tertuju pada satu nama sebuah daerah, atau tepatnya kota kecil yang terdapat di wilayah Yudea pada zaman itu, “Betlehem.” Sehingga akan sangat menarik untuk direnungkan agar dapat menemukan suatu hal yang bisa kita ambil sebagai pelajaran yang juga berguna bagi pertumbuhan iman dan kerohanian kita.

Ada apa di Betlehem?

  1. Yang pertama, jika kita menelaah jauh kebelakang pada ratusan tahun sebelum berita dari Malaikat kepada para gembala, kita akan mendapati bahwa di Betlehem tepatnya pada zaman Para Hakim, ada sebuah keluarga dipulihkan (lihat kitab Rut), pada akhirnya keluarga tersebut menjadi nenek moyang Tuhan Yesus dalam kemanusiaanNya.

Apa yang dapat kita petik dari peristiwa ini?  Bukan kebetulan Yesus Sang Mesias, hadir melalui dan di tengah-tengah keluarga. Bahkan nenek moyang-Nya di dalam kemanusian-Nya mengalami pemulihan dalam keluarganya. Oleh karena itu, berita Natal juga berbicara keluarga.  Yesus mau hadir dan rindu untuk berada di tengah-tengah keluarga. Bahkan ketika Yesus beranjak dewasa, mukjizat pertama-Nya terjadi di tengah-tengah perayaan dari terbentuknya sebuah keluarga yang baru. (lihat dan renungkan peristiwa air berubah menjadi air anggur di Kana).

Namun, ironisnya tidak sedikit dari keluarga-keluarga Kristen yang hancur dan menghasilkan “anak-anak yang broken home.”  Kehancuran yang disebabkan menggeser bahkan mengeluarkan Tuhan dari kehidupan berumah tangga (EGO = EDGE OUT GOD).

Oleh karena itu, di moment yang berbahagia ini, marilah kita mengundang-Nya, dan memuliakan-Nya mintalah anugerah agar keluarga kita dipulihkan “EXALT GOD ONLY.”

Selanjutnya, secara etimologis, nama “Betlehem” berasal dari bahasa Ibrani “בֵּית לֶחֶם” (Beit Lehem), yang berarti “Rumah Roti” atau “Tempat Makanan”. “Beit” (rumah/ tempat). “Lehem” (roti/makanan). Maka, Betlehem yang adalah tempat kelahiran Yesus Kristus memiliki dimensi persfektif yang lebih lagi dalam Kekristenan, yakni menjadi simbol pemeliharaan dan berkat.

  1. Pada zaman nabi Mikha, nubuatan tentang Betlehem daerah terpencil akan menjadi terkemuka (lihat Mikha 5:2). Seperti diketahui bersama, nubuatan Nabi Mikha tergenapi. Karena, hingga saat ini, Betlehem menjadi salah satu nama tempat yang sangat dikenal di seluruh belahan dunia.

Disisi lain, jika memperhatikan lebih dalam lagi, nama kota biasa disematkan juga untuk penduduk yang mendiaminya.  Apakah yang dapat kita simpulkan dari hal ini? Hal ini berbicara pemulihan citra diri. Tidak sedikit, dari kita barangkali mider karena dari mana asal-usul kita. Kita bukan terlahir, dari keluarga yang “bebet”, “bibit”, dan “bobot” nya diperhitungkan orang.  Kabar sukacita Natal yang berisikan tentang hadirnya Sang Mesias umat manusia, juga akan memulihkan citra diri kita. Asalkan kita terbuka dan bersedia menjadikan hati kita sebagai “Palungan-Nya.”

  1. Terakhir, di Betlehem adalah salah satu tempat Kemuliaan dinyatakan. Para gembala domba melihat Kemuliaan Allah yang luar biasa hebatnya di dalam diri Bayi Yesus yang baru lahir, sehingga sepulang dari kendang tersebut, mereka sangat bersuka cita dan memuliakan Tuhan. Selanjutnya, beberapa waktu kemudian, Para Majus dituntun sebuah bintang yang memimpin mereka kepada Kanak-kanak Yesus yang peuh dengan Kemuliaan Bapa-Nya dan mereka pun kembali ke negerinya dengan penuh damai dan sukacita.

Sukacita Natal melalui Pernyataan KemuliaanNya yang Tuhan Yesus hadirkan bukan hanya untuk para gembala dan Majus saja.  Sukacita tersebut tersebut juga untuk kita semua, umat-Nya yang hidup di zaman ini.  Milikilah kerinduan yang dalam, sebagaimana seseorang yang haus dan lapar rohani untuk dapat berjumpa dengan Dia dan bagikanlah sukacita itu kepada yang lain, maka kita akan melihat KemuliaanNya. Amin

EDITOR:Edwandani


SUMBER: