Kepala Balai Bahasa : Dua Bahasa daerah di Kalteng berisiko Punah

Kepala Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah Muhammad Muis.

PALANGKA RAYA, KALTENGTERKINI.CO.ID – Kepala Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah Muhammad Muis harapkan Revitalisasi bahasa daerah terus berlanjut melalui Festival Tunas Bahasa Ibu Tingkat Provinsi Kalimantan Tengah 2023.

Festival Tunas Bahasa Ibu (FTIB) yang dilaksanakan pada Selasa, (21/11/2023) di Bahalap Hotel merupakan kegiatan yang ketiga, setelah yang pertama di Pangkalan Bun pada tanggal 7 hingga 9 November 2023 dan yang kedua di Barito Selatan.

Kegiatan hari ini diikuti 1 Kota Palangka Raya dan 6 Kabupaten, yakni Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Kapuas, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Seruyan, dan Kabupaten Katingan.

“Festival Tunas Bahasa Ibu ini sebenarnya tujuan akhir kita adalah bagaimana caranya supaya bahasa daerah itu terus lestari dan terus digunakan oleh generasi muda baik dari tataran TK, SD, SMP sampai dengan SMA. Itulah sebabnya dalam Festival kita ini menyertakan peserta dari tingkat SD hingga SMP.” Jelas Muis.

Tambahnya, sejatinya 26 bahasa daerah di Kalimantan Tengah ini masih dalam kondisi baik, dan digunakan secara baik oleh para penuturnya. Hanya yang menjadi catatan ada Bahasa Siang yang berasal dari daerah Murung Raya berada di lima desa yang seharusnya menggunakan Bahasa Siang tersebut. Namun sekarang sudah ada 2 Desa yang sama sekali tidak meggunakan bahasa Siang.

“Ini menjadi kekhawatiran kita bersama dan semoga Bahasa Dayak Siang itu akan terus digunakan walaupun di 2 Desa itu tadi sudah ada kemungkinan akan punah. Berdasarkan informasi yang saya dapatkan dari daerah tersebut adalah dikarenakan generasi muda nya yang malu menggunakan bahasa daerah dan lebih banyak menggunakan Bahasa Indonesia.” Terangnya.

Kemudian juga ada Bahasa Paku yang ada di Barito Timur yang penuturnya sangat sedikit sekali di Kalteng, Balai Bahasa Kalteng berharap tidak terjadi lagi 13 kabupaten dan 1 kota ada bahasa-bahasa yang menuju ambang kepunahan.

Muis juga mengajak dan mengimbau agar masyarakat merasa bangga dan tidak merasa malu jika menggunakan bahasa daerahnya masing-masing. Bahasa daerah adalah salah satu bentuk kebudayaan dan kalau bahasa daerah itu punah maka kebudayaan juga akan punah.

“Jadi memang penggunaan bahasa daerah sekarang ini cenderung menurun karena banyak yang lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa asing dibanding bahasa daerahnya. Jadi memang dua bahasa yaitu Siang dan Paku tersebut yang kini penuturnya mulai berkurang. Diharapkan jangan malu untuk berbahasa daerah, bahkan membanggakan bahasa daerah agar bahasa tersebut tetap lestari.” Tutupnya.

EDITOR:Hendra. C


SUMBER: