Legislator Ajak Pemuda Pahami Makna dan Sejarah Sumpah Pemuda

H. Benny Siswanto, S.Sos

MUARA TEWEH KALTENGTERKINI.CO.ID – Anggota DPRD Barito Utara, H. Benny Siswanto, S.Sos mengajak para pemuda untuk memahami makna dan sejarah lahirnya Sumpah Pemuda yang telah diperingati setiap tanggal 28 Oktober.

Sebagaimana yang telah disampaikannya pada Hari Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 2022 ini, disemua wilayah Indonesia termasuk di Kabupaten Barito Utara.

Hari Sumpah Pemuda ini, H, Benny mengajak agar anak muda untuk belajar dan memahami makna sejarah, terkait dengan Sumpah Pemuda.

“Banyak yang tau Hari Sumpah Pemuda namun, masih banyak juga yang belum tahu bagaimana sebenarnya maknanya dan kapan terbentuknya Hari Sumpah Pemuda itu sendiri,” kata H. Benny, Jum’at (28/10/2022) sore di kediamannya.

Tambahnya, terkait Sumpah Pemuda juga telah memiliki Museumnya sendiri, yaitu Museum Sumpah Pemuda dibawah Kemdikbud.

Gagasan untuk menyelenggarakan Kongres Pemuda Kedua tersebut berasal dari Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI). Sementara PPPI sendiri merupakan organisasi pemuda, yang telah beranggotakan dari pelajar di seluruh indonesia kala itu.

“Maka dari inisiatif PPPI itulah, kongres kedua terjadi karena pada kongres pertama pada 1926 banyak belum memberikan pergerakan. Kongres kedua dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga kali rapat dan disitulah lahir Sumpah Pemuda,” terang Ketua Fraksi PKB DPRD Barito Utara itu lagi.

Ia menambahkan, hebatnya lagi pemimpin kongres ke dua tersebut dipimpin oleh seorang anak muda berusia 23 tahun, yaitu dengan nama Soegondo Djojopoespito dari PPPI.

“Maka ia berharap dalam momentum HSP ke-94 tahun tanggal 28 Oktober ini menjadikan anak muda khususnya di Barito Utara harus ambil bagian, untuk membuat banyak kemajuan sesuai bidangnya,” ujarnya.

Selanjutnya pada rapat pertama, Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Lapangan Banteng.

Dalam sambutannya, Soegondo berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda.

Acara dilanjutkan dengan uraian Moehammad Jamin tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda.

Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan.

Rapat ke dua selanjutnya di gedung Oost Java Bioscoop pada Minggu 28 Oktober 1928 membahas masalah pendidikan.

Kedua pembicara, Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro, sependapat bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula ada keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah, anak juga harus dididik secara demokratis.

Dalam rapat ke tiga yang diadakan di gedung indonesische clubhuis kramat, yang diumumkan Soenario dengan menjelaskan pentingnya nasionalisme, dan demokrasi selain gerakan kepanduan.

Sedangkan Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional. Maka gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri, hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan.

Sebelum kongres ditutup diperdengarkan lagu “Indonesia” karya Wage Rudolf Supratman, dan lagu tersebut disambut dengan sangat meriah oleh peserta kongres.

Kongres ditutup dengan mengumumkan rumusan hasil kongres, dari ketua Kongres.

“Oleh para pemuda yang hadir kala itu, rumusan itu diucapkan sebagai Sumpah Setia para pemuda yang dikenal dengan Sumpah Pemuda sebagaimana yang selalu dibaca saat peringatan Sumpah Pemuda,”tuksanya.

EDITOR:Hendra. C


SUMBER: