
PALANGKA RAYA, KALTENGTERKINI.CO.ID – Satgas Stunting BKKBN Provinsi Kalimantan Tengah Jeanny Yola Winokan berharap angka stunting di Kalteng menurun dengan berbagai penanganan. Sebelumnya dikatakan Stunting periode 2020-2021 ada kenaikan menjadi 27 sebesar 2,6%.
“Sedangkan tahun 2023 ini data yang ada tinggal menunggu publish yang dari SKI (Survei Kesehatan Indonesia) pada akhir Januari atau awal Februari, kami berharap Kalteng khususnya Palangka Raya dapat menurun di angka 16%. Target penurunan secara nasional 14% tetapi di tingkat Provinsi 15%.” Jelasnya saat melakukan kunjungan di Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya. Jumat, (5/1/2023).
Jeanny menambahkan keterlibatan masyarakat dalam menurunkan angka stunting juga sangat berperan. Dengan keterlibatan tersebut bukan hanya spesifik pemberian bantuan makanan yang bergizi, tetapi bagaimana mengubah perilaku masyarakat untuk menerapkan makanan bergizi, lingkungan bersih dan sanitasi bersih itu sangat mendukung.
Kepala BKKBN Kalteng tersebut berkomitmen seluruh kab/kota menjadi prioritas di mana terdapat anak stunting. “Kami bersama tim percepatan penurunan stunting provinsi, dalam hal ini ketuanya adalah bapak Wakil Gubernur. Sangat optimis akan melihat semua secara tajam, lokus-lokus stunting yang ada di 14 kabupaten kota.”
Menurutnya setiap lokus stunting di Kab/kota harus ditelusuri secara tajam, baik per desa kelurahan berdasarkan data by name by address.
“Dari kita ada data pemutakhiran pendataan keluarga e- Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM), di situ kita bisa lihat keluarga-keluarga resiko stunting, maupun bersama dinas Kesehatan, data e-PPGBM ini akan menunjukan dimana lokus anak ini tinggal keluarga ini tinggal diintervensi.” Ujarnya.
Saat ini terpantau Lokus stunting terbanyak di Barito Selatan dan Murung Raya, dan paling menurun signifikan itu di Gunung mas. Oleh karenanya terdapat beberapa penelitian semacam prototipe lewat kerja sama dengan perguruan tinggi, yaitu UPR ataupun Universitas Muhammadiyah.
“Mereka melihat apa unsur penyebabnya, sehingga ada rekomendasi yang diberikan kepada pemerintah daerah. Di Barsel dan Murung Raya, permasalahan mereka sama juga kayak yang disini ya, tinggal di daerah sungai.”
Pola hidup masyarakat di daerah sungai dengan memanfaatkan air yang ada, yang belum tentu ideal bersih untuk dikonsumsi. Kemudian juga perilaku Ibu-ibu saat kehamilan, ketika melahirkan tidak konsumsi makanan bergizi sehat seimbang.
“Istilahnya apa yang ada saja yang dikonsumsi. Ini juga yang menambah angka stunting, termasuk juga perkawinan usia anak. Perkawinan usia anak di provinsi Kalimantan Tengah sangat tinggi urutan ke-2 di 2023.” Beber Jeanny
“Mudah mudahan tahun ini tidak menjadi urutan ke-1 ya, tapi lebih di bawah. Dengan menyikapi program percepatan penurunan stunting bahkan bekerja sama dengan tokoh adat Dayak. Kita menggerakan masyarakat maupun pemerintah daerah angka pernikahan anak itu dapat di tekan.” Tutupnya.