
PALANGKA RAYA, KALTENGTERKINI.CO.ID – Seiring perkembangan teknologi dan informasi serta kemajuan jaman,para guru tidak saja dituntut memiliki sertifikasi tetapi lebih kepada kompetensi dan kemampuan diri dalam berinteraksi dengan para siswa yang haus informasi dan keingin tahuan yang besar, jadi Peran guru disini selain sebagai pengajar tetapi bisa sebagai sahabat dan teman dalam menggali dan mempraktekkan ilmu pengetahuan dan guru harus ada inovasi dan kreativitas dalam teknik mengajar, sehingga ilmu pengetahuan yang disampaikan sangat mudah dimengerti, dipahami dan menyenangkan, tentunya didukung dengan sarana dan prasarana yang menunjang proses pembelajaran.
Sehubungan dengan hal tersebut pemerintah provinsi melalui Plt. Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Kalimantan Tengah, Herson B. Aden membuka sekaligus menjadi narasumber pada Workshop Peningkatan Kapabilitas Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) di SMK Negeri 3 Palangka Raya, Rabu (2/8/2023).
Dalam sambutannya Herson menyampaikan, bahwa kompetensi dan keterampilan mengajar GTK sangat menentukan dalam memberikan pembelajaran yang lebih efektif dan menyenangkan bagi siswa. Selain itu, kolaborasi antar SMK akan menjadi wadah untuk berbagi pengalaman dan best practices dalam bidang pendidikan dan peningkatan kapabilitas guru dan tenaga kependidikan. Teknologi dan fasilitas pembelajaran yang memadai juga turut membantu dalam meningkatkan daya tarik dan kualitas pembelajaran di sekolah.
“Hal yang tak kalah penting yaitu adanya dukungan dan partisipasi aktif dari seluruh pihak, termasuk siswa, guru, orang tua, dan masyarakat sekitar. Keterlibatan aktif dari semua pihak akan menjadi kunci kesuksesan dalam meningkatkan kapabilitas guru dan tenaga kependidikan (GTK),” ucapnya.
Lebih lanjut pada paparannya dia menjelaskan, ada lima paradigma untuk menjadikan guru sebagai guru inspiratif, yaitu menjadikan tiga sasaran bidang garap pendidikan (kognitif, afektif, dan psikomotorik) berkembang secara optimal, menciptakan pembelajaran yang mengakui dan menghargai kecerdasan anak yang berbeda-beda (multiple intelligence), menjalani proses pembelajaran dengan menyesuaikan gaya mengajar guru dengan gaya belajar siswa, memfokuskan proses pembelajaran pada aktivitas siswa bukan pada aktivitas guru melalui komunikasi dialogis dan memfokuskan proses pembelajaran pada penguatan kemampuan (ability) siswa bukan pada ketidakmampuan (disability) siswa.
“Guru harus melakukan sejumlah hal agar pola pengajaran sesuai dengan kebutuhan generasi milenial. Pembelajaran harus relevan, spesifik, ringkas, dan cepat karena generasi millenal haus informasi dan akan mencarinya sendiri jika guru tidak menyajikan apa yang mereka anggap relevan. Selain itu, guru harus bisa menjadi role model bagi peserta didik dalam menumbuhkan nilai-nilai karakter dengan menunjukkan sikap dan perilaku yang sesuai dengan norma dan nilai-nilai ajaran agama dalam kesehariannya sehingga dapat ditiru oleh peserta didik,” tandasnya.