
PALANGKA RAYA, KALTENGTERKINI.CO.ID – Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng), Agus Suyanto mengatakan, wilayah Kalteng merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang termasuk rawan bencana.
Hal itu ia sampaikan saat rapat koordinasi perencanaan penanggulangan bencana daerah se-Kalteng, di Swiss-Belhotel Danum Palangka Raya, Senin (4/11/2024).
Disebutkan, beberapa bencana yang pernah terjadi di wilayah Kalteng seperti bencana tanah longsor, banjir, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), kebakaran gedung dan organisasi, cuaca ekstrim (angin puting beliung dan gelombang ekosistem air pasang ROB), kegagalan teknologi, epidemi dan wabah penyakit serta bencana sosial.
Berdasarkan hasil pemantauan dan analisa potensi bencana daerah, maka indeks risiko bencana Kalteng di 14 kabupaten/kota tahun 2023 adalah sebesar 121,71 atau dalam kategori sedang.
“Kejadian bencana di Kalteng, terutama di daerah rawan bencana masih sering terjadi, sehingga berpotensi menjadi ancaman serius bagi masyarakat yang dapat menyebabkan korban jiwa dan kerusakan harta benda,” ungkapnya.
Melalui rakor ini imbuh Agus, diharapkan ada sinergisitas yang kuat antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota dalam perencanaan penanggulangan bencana di Kalteng tahun 2025-2029.
Sementara itu dalam rakor tersebut Kepala Pelaksana BPBPK Kalteng, Ahmad Toyib dmenyampaikan wilayah Kalteng yang luas dengan 14 kabupaten/kota menjadi potensi sekaligus tantangan bagi Kalteng dalam membangun masyarakat dan wilayahnya.
Salah satu tantangan yang menjadi ciri Provinsi Kalteng yaitu dataran gambut. Maka itu pemerintah daerah dan masyarakat perlu mendorong pengelolaan dan perlindungan lahan gambut. Khususnya dalam pengelolaan perkebunan dan kehutanan untuk menghindari potensi kebakaran dan banjir yang sering terjadi.
“Dalam kurun waktu 1999-2023, kejadian bencana yang pernah terjadi di wilayah Kalteng adalah banjir, cuaca ekstrem, gelombang ekstrem dan abrasi, kekeringan, tanah longsor, dan kebakaran hutan dan lahan. Khusus Bencana banjir dan karhutla setiap tahun terjadi, dengan kejadian paling besar pada tahun 2015 dan 2019,” sebutnya.
Ahmad Toyib berharap, adanya rakor tersebut dapat memberikan penguatan pemahaman bagi pemerintah daerah dalam perencanaan penanggulangan bencana. (Sef/*)