
PALANGKA RAYA, KALTENGTERKINI.CO.ID – Mewakili Sekretaris Daerah Prov. Kalimantan Tengah, Asisten bidang Perekonomian dan Pembangunan Sri Widanari menghadiri kegiatan Seminar Ketahanan Pangan di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2023 di Bahalap Hotel pada Senin, (27/11/2023).
Sri menyampaikan sambutan Sekda bahwa atensi pentingnya kegiatan ini dilatarbelakangi Siaran Pers BMKG (23 Agustus 2023), ancaman krisis pangan semakin nyata sebagai akibat kencangnya laju perubahan iklim yang dilaporkan oleh World Meteorological Organization di akhir tahun 2022 yang lalu, berdasarkan data hasil monitoring yang dilakukan oleh Badan Meteorologi di 193 Negara di seluruh dunia.
“Organisasi Pangan Dunia FAO juga memprediksi bahwa Tahun 2050 mendatang, dunia akan menghadapi potensi bencana kelaparan akibat perubahan iklim dari menurunnya hasil panen dan gagal panen. Lebih dari 500 juta petani skala kecil yang memproduksi 80 persen dari stok pangan dunia adalah yang paling rentan terhadap perubahan iklim.” Jelasnya.
Prediksi tersebut diperjelas lagi Pada event Cawford Fund 2023 Annual Conference dengan tema “Global Food Security in a Riskier World Diversification for Resilient Food and Nutrition System”, utusan khusus Presiden Amerika Serikat untuk ketahanan pangan global, Dr Cary Fowler mengungkapkan hasil penelitian yang dilakukan oleh para ekonom pertanian bahwa dunia perlu memproduksi 50-60 lebih banyak pangan pada tahun 2050 untuk memberi makan populasinya yang terus bertambah.
Namun tingkat hasil panen diperkirakan menurun antara 3-12%(Persen) akibat pemanasan global. Dunia bisa kekurangan pangan pada tahun 2050 karena menurunnya hasil panen, kurangnya investasi dalam penelitian pertanian dan guncangan perdagangan.
“Oleh sebab itu, prediksi ancaman krisis pangan harus diantisipasi lebih serius yang memerlukan solusi komprehensif dan tindakan konkrit untuk pencegahan dan pengurangan risiko krisis melalui upaya mitigasi dan adaptasi krisis iklim, khususnya bagi petani dan produksi pangan.” Kata Sri.
Upaya mitigasi dan adaptasi tersebut melalui Program Peningkatan Penyediaan Pangan Nasional (Food Estate). Proyek Strategis Nasional (PSN) Lumbung Pangan Nasional tersebut untuk memperkuat ketahanan pangan serta menjadi solusi mengatasi ketergantungan impor pangan melalui pembukaan lahan di berbagai wilayah di Indonesia.
Saat ini Kalimantan Tengah ditunjuk menjadi lokasi proyek melalui program Food Estate yang dikelola oleh Kementerian Pertanian di Kabupaten Pulang Pisau dan Kabupaten Kapuas untuk tanaman padi seluas 165.000 Ha, serta yang dikelola oleh Kementerian Pertahanan di Kabupaten Gunung Mas untuk tanaman Singkong seluas 60.000 Ha.
Namun dalam perkembangannya, sebagai lokasi pembangunan proyek belum membuahkan hasil sebagaimana yang direncanakan, kemudian belum ada koordinasi dan laporan kepada Gubernur mengenai progress pengembangan Kawasan “Food Estate Singkong” di Kabupaten Gunung Mas. Lokasi pengembangan food estate padi pada beberapa area di Kabupaten Kapuas juga belum optimal karena masalah sistem tatakelola air, cuaca dan masalah pertanahan.
“Oleh sebab itu, Pemprov lakukan mitigasi resiko kegagalan dengan optimasi pemanfaatan sumber daya dan diversifikasi produk. Untuk diversifikasi pangan perlu dilakukan dan mendesak untuk dilaksanakan. Integrated Farming System dalam kerangka food estate barangkali konsep yang perlu terapkan untuk areal yang lahannya memang tidak sesuai untuk ditanami padi atau singkong.” Tutur Sri.
Mitigasi melalui seminar ini menjadi pendukung peningkatan Kawasan Food Estate di Kalimantan Tengah agar menjadi berhasil, berkesinambungan, berkelanjutan dan memberikan multiflier effect bagi pembangunan Daerah, peningkatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat serta berkontribusi bagi kemandirian dan ketahanan pangan nasional.
“Oleh sebab itu, kesinambungan dan keberlanjutan proyek/program perlu mendapat perhatian dan pemikiran yang serius agar anggaran Negara maupun Daerah yang sudah digelontorkan dapat dioptimalkan agar memberikan manfaat bagi masyarakat.” Tutup Sri Widanarni.