
PALANGKA RAYA, KALTENGTERKINI.CO.ID – Kerja keras seluruh unsur pemerintah dalam mengatasi karhutla yang semakin tinggi di Kalteng terus diupayakan, mengawasi dampak karhutla berupa kabut asap yang semakin tebal dan berbahaya, menjadikan pertimbangan untuk suatu Kab/kota menaikkan status siaga menjadi tanggap darurat.
Berdasarkan Laporan Harian Posko Penanganan Darurat Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan Provinsi Kalimantan Tengah pada tanggal 28 September 2023. Kabupaten Kotawaringin Timur 151 kejadian dengan luasan 233,958 hektare, Pulang Pisau 191 kejadian, total luas 397,554 hektare, Palangka Raya 155 kejadian, 196,0783 hektare.
Ahmad Toyib selalu kepala BPBPK menjelaskan saat ini Pemerintah Kota Palangka Raya, pemerintah provinsi sudah memberdayakan seluruh OPD yang ada untuk ikut terlibat langsung dalam penanganan terutama di daerah sekitar Palangka Raya dan Pulang Pisau.
Ada surat instruksi dari Sekda Provinsi Kalimantan Tengah untuk menugaskan seluruh OPD mengirimkan perwakilan 10 orang membawa peralatan yang dimiliki kemudian dari BPBPK Provinsi Kalimantan Tengah juga menyiapkan beberapa peralatan yang masih ada di gudang, baik mesin pompa maupun selangnya untuk digunakan OPD yang ditugaskan khususnya di Tumbang Nusa dan Tanjung Taruna.
“Berdasarkan dua zona itu terjadi peningkatan, artinya ada optimalisasi teknis di lapangan. Sehingga sebenarnya ini menjadi suatu upaya yang sangat positif dari sisi pemerintah karena di lapangan menjadi maksimal, semakin banyak orang yang terlibat semakin bagus,” terangnya, Senin (2/10/2023).
Lebih lanjut Toyib mengatakan, sebagian besar zona tersebut masih bisa dijangkau tim lapangan, hanya saja untuk lokasinya tengah hutan mungkin mengalami kesulitan, sehingga saat ini tim lapangan berfokus agar jangan sampai api menjalar ke objek vital seperti sutet, fasilitas umum seperti pendidikan, rumah ibadah, yang ada di sepanjang jalan trans Kalimantan, jika sudah dapat ditangani kemudian pelan-pelan tim lapangan merangsek maju ke bagian lebih dalam.
“Sementara ini memang awalnya itu kita mengadakan water bombing, hanya saja begitu beberapa hari terjadi kenaikan dan perluasan menyebabkan asap yang tebal dan mengganggu visibilitas dari satgas udara, maka dari itu kita mencari waktu yang tepat menunggu asap menipis sehingga dapat melakukan patroli dan water bombing.” Tutup Toyib.