
SEOUL, KALTENGTERKINI.CO.ID – Provinsi Kalteng patut berbangga hati kerena putra – putri terbaik Kalteng yang berasal dari generasi muda, berhasil menyabet medali emas di ajang riset Internasional. Pasalnya Keberhasilan tersebut tergolong unik dan langka, anak-anak siswa SMAN-2 berhasil menggali kerajinan tangan yang hampir punah untuk kembali di perkenalkan ke publik bahkan ke dunia internasional, hal tersebut terlihat membuat para juri tertarik dengan kebudayaan asli Kalteng tersebut karena mengandung makna dan filosofi yang dalam bahkan mampu menggali urutan historis budaya anyaman bambu.
Tim Penelitian Ilmiah Remaja SMA Negeri 2 Palangka Raya yang terpilih menjadi Finalis World Invention Creativity Olympic (WICO) 2023 di Seoul, Korea Selatan, akhirnya dianugerahi Gold Medal (Medali Emas) dalam ajang bergengsi tersebut, Sabtu (29/7/2023).
Tim Penelitian Ilmiah yang mengangkat sebuah tema Sapuyung Dare, topi ritual Dayak dari hidup sampai mati, menjadi sebuah tim yang menambah deretan penghargaan dan pembuktian bagi dunia pendidikan Indonesia, khususnya SMAN 2 Palangka Raya.
Sebagaimana diketahui, Sapuyung Dare adalah budaya kerajinan anyaman bambu suku Dayak yang hampir punah. Pada dasarnya Sapuyung Dare digunakan sebagai topi ritual sepanjang hayat suku Dayak mulai dari kelahiran hingga kematian. Akan tetapi di masa kini terjadi degradasi sehingga minim dokumentasi bahkan para pengrajinnya rata rata telah berusia lanjut.

Sapuyung Dare sangat kental nilai filsafat hidup suku Dayak. Penelitian ini juga berhasil menemukan pola kekerabatan bahkan pola asal usul suku bangsa di Asia melalui kerajinan bambu dan juga mendeskripsikan hakikat dan fungsi Sapuyung Dare bahkan beberapa upaya dalam mempertahankan Sapuyung Dare.
Sebagai informasi, ada lima tim dari SMAN 2 Palangka Raya yang masuk dalam finalis dan memperoleh medali emas pada WICO 2023 yaitu, satu tim karya tulis mengenai Sapuyung Dare (Dayak Ritual Hat From Life Until Death), dua tim karya tulis bidang Kesehatan dan dua tim karya tulis bidang Lingkungan.
Adapun sebagai Guru Pembina Tim yakni Sintania T. T. Asang dan Helita. Sedangkan sebagai Guru Pendamping yakni Elvia T. T. Asang, Arbendi I. Tue dan Eny Oktavia.
“Harapan terbesar kami, Sapuyung Dare ini tidak hanya dapat dilestarikan saja namun karena bahan-bahan pembuatan Sapuyung Dare ini berasal dari bahan-bahan alami atau tumbuhan seperti rotan, bambu dan kajang yang sebagian besar tumbuh di pulau Kalimantan, kiranya dapat dilestarikan serta dilindungi dan dibudidayakan,” tandas Sintania.