
PALANGKA RAYA, KALTENGTERKINI.CO.ID – Untuk memantau pergerakan harga-harga baik harga barang dan jasa serta Komoditas Pangan Pemerintah Pusat dan daerah secara berkala melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pergerakan harga barang dan jasa di Kalteng dan ternyata tercatat 2 Kabupaten di Kalteng yaitu Kabupaten Seruyan dan Kabupaten Sukamara ternyata dibayangi deflasi dimana harga – harga cenderung turun bahkan kondisi ini diketahui saat Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Kalteng malakukan rakor pengendalian inflasi secara virtual.
Seperti kita ketahui deflasi adalah dikutip dari laman di Wikipedia yaitu suatu periode di mana harga-harga secara umum mengalami penurunan dan nilai uang bertambah meskipun saat ini kondisinya hanya terjadi pada suatu harga komoditas tertentu saja, namun bila dibiarkan akan merugikan produsen yang artinya biaya produksi meningkat tapi harga turun, hasil yang diperoleh tidak bisa menutupi biaya produksi yang besar, meski sepintas menguntungkan konsumen tapi di sisi lain Produsen bisa mengalami kebangkrutan.
Sementara dari hasil catatan Pemerintah Provinsi dan pemerintah pusat ada 2 Kabupaten yang alami inflasi tertinggi di Kalteng yakni Kabupaten Bartim dan Kabupaten Barsel termasuk naiknya salah satu komoditas yaitu beras yang terjadi di Kota Palangka Raya.
Sehubungan dengan hal tersebut Pemerintah Provinsi melalui Staf Ahli Gubernur bidang Ekonomi, keuangan dan Pembangunan Yuas Elko ikuti rapat koordinasi pengendalian Inflasi Nasional bersama Kemendagri secara virtual di Aula Bajakah Kantor Gubernur Kalimantan Tengah. Senin (24/7/2023).
Rapat tersebut dipimpin oleh Menteri Dalam Negeri yang diwakili oleh Suhajar Diantoro selaku Sekretaris Jenderal Kemendagri RI.
Dalam kata pengantarnya, Sekjen Kemendagri menyampaikan perkembangan kenaikan dan penurunan harga di tingkat provinsi dan kabupaten. Pada tingkat provinsi, tiga komoditas menyumbang kenaikan harga sampai dengan minggu III Juli diantaranya Cabai merah di 6 provinsi, daging sapi 6 provinsi, dan udang basah di 6 provinsi. Sedangkan indikator komoditas pada tingkat kabupaten sampai dengan minggu III Juli didominasi oleh cabai merah di 158 kabupaten/kota, daging ayam ras di 94 kabupaten/kota bawang putih di 89 kabupaten kota.
Kemudian berlanjut pada 10 Pemerintah daerah yang menjadi perhatian terhadap kenaikan dan penurunan harga minggu ketiga Juli. Pada penurunan harga di 10 Pemda yaitu Bengkalis, Banjar Baru, Sukamara, Seruyan, Sumba Tengah, Belitung Timur, Soppeng, Pesawaran landak, Luwu.
Sementara di Provinsi Kalimantan Tengah terdapat dua Kabupaten yang mengalami penurunan harga hingga minus yaitu Seruyan minus 2,28% pada komoditas daging ayam ras udang basah bawang putih kemudian Kabupaten Sukamara -2,30% dengan komoditas daging sapi daging ayam ras dan cabe rawit.
“Turunnya harga-harga sampai ke level minus untuk daerah produksi harus menjadi perhatian kita bersama, misalnya daerah produksi telur, jika harga telur turun hingga minus maka petani telur akan bangkrut. Pengendalian Inflasi ini bertujuan menjaga kestabilan harga, harga jual yang menguntungkan petani dan harga beli yang mampu di jangkau masyarakat sebagai konsumen. Kalau harganya terlalu rendah petaninya atau produksinya tidak mendapat keuntungan, kalau harga terlalu tinggi pembeli atau rakyat tidak dapat membelinya, jadi kita harus mengendalikan harga yang stabil.” Pesan Suhajar.
Dipaparkan oleh Windhiarso Putranto Direktur Statistik Harga Badan Pusat Statistik, perkembangan inflasi Dari bulan ke bulan bulan Juni 2023 lebih tinggi dari Mei 2023 yaitu 0,14% dibanding Mei 0,09% namun dibandingkan pada Juni 2022 inflasi pada bulan Juni 2023 lebih rendah.
“Inflasi beras daging ayam ras, bawang putih dan telur ayam ras yang relatif tinggi mayoritas terjadi di kota-kota di luar pulau jawa, sedangkan inflasi tinggi untuk bawang merah terdapat di beberapa kota di pulau Jawa. Menurut data dari Windhiarso, Palangka Raya termasuk kota dengan inflasi tertinggi pada komoditas beras sebesar 14,88%, kemudian Kota Sampit termasuk inflasi tertinggi pada komoditas telur ayam ras sebesar 7,49%.” Papar Windhiarso.
Menanggapi hal ini Sahli Gubernur Yuas Elko menyebutkan bahwa sumber beras lokal yaitu berasal dari Kuala Kapuas dan Pulang Pisau, sedangkan telur ayam ras untuk Sampit dari Jawa, sesuai dengan program yang ada diharapkan TPID Kabupaten/Kota bersinergi dengan TPID Provinsi untuk menangani kenaikan komoditas terkait, dengan melakukan program seperti pasar murah, sidak pasar, bantuan sosial.
“Selain penurunan IPH tertinggi terdapat dua kabupaten/kota yang termasuk kenaikan IPH tertinggi di luar pulau jawa yaitu Barito Timur 2,73% dan Barito Selatan 2,57%. Barito timur didominasi oleh daging sapi, beras, daging ayam ras, sedangkan Barito Selatan beras, ikan kembung/ikan Banyar/ikan Gembolo/ ikan ASO aso dan susu bubuk.” Jelas Yuas.
Sebelum mengakhiri pemaparannya Yuas Elko menyampaikan harapannya kepada Tim TPID di daerah agar mampu mengendalikan inflasi dan fenomena ekonomi di lapangan.
“Diharapkan pada TPID dan Satgas pangan di sana untuk bisa mengendalikan harga di wilayah tersebut, serta beberapa komoditas harus tetap terus diperhatikan seperti beras, daging ayam ras, minyak goreng, pipil jagung untuk pakan ternak, dan juga kedelai.” Tandasnya.