
PALANGKA RAYA, KALTENGTERKINI.CO.ID – Dalam rangka menyambut dan merayakan hari raya Idul adha Pemerintah Pusat dan Provinsi secara rutin menggelar pertemuan secara virtual untuk melakukan Koordinasi Komunikasi dan monitoring evaluasi terhadap pergerakan harga-harga dipasaran yang mampu memicu inflasi, selain itu pemerintah pusat ternyata menemukan harga disalah satu kabupaten di Kalteng terpantau dan tercatat mengalami pergeseran harga ke arah kenaikan.
Bila hal tersebut dibiarkan akan memicu efek domino yang artinya kenaikan harga komoditas tertentu memicu kenaikan atas harga komoditas lain dengan berbagai alasan dan faktor oleh sebab itu sebelum semuanya benar-benar terjadi Pemerintah Provinsi secara khusus meminta satgas pangan dan TPID untuk segera mengendalikan harga melalui intervensi harga barang melalui berbagai cara seperti pasar murah ,pasar penyeimbang, maupun paket sembako.
Untuk itu Pemerintah Provinsi Kalteng hadir pada Rapat Koordinasi (Rakor) Pengendalian Inflasi Tahun 2023 Bersama Menteri Dalam Negeri RI Tito Karnavian secara virtual dari Aula Jayang Tingang, Senin (19/6/2023).
Turut hadir Sekretaris Daerah Provinsi Kalteng H. Nuryakin, perwakilan unsur Forkopimda, Kepala Instansi Vertikal dan Kepala Perangkat Daerah Provinsi Kalteng terkait.
Dalam arahannya Tito menyampaikan inflasi nasional saat ini cukup terkendali di angka 4,00 persen (y-o-y).
“Namun kita harus tetap waspada karena sebentar lagi kita akan menghadapi dinamika seperti Hari Raya IdulAdha, yang akan merubah pola permintaan atau demand sehingga merubah keadaan barang dan jasa. Untuk itu, perlu kita antisipasi agar harga barang dan jasa tetap stabil,” kata Tito.
Sementara itu, Direktur Statistik Harga Badan Pusat Statistik (BPS) Windhiarso Putranto mengatakan 10 kabupaten/kota mengalami Indeks Perkembangan Harga (IPH) tertinggi pada minggu kedua bulan Juni, salah satunya adalah Kabupaten Seruyan yakni 5,48 persen.
“Komoditas yang memiliki andil besar dalam kenaikan IPH di Kabupaten Seruyan adalah daging ayam ras, telur ayam ras, dan bawang merah,” jelasnya.
Lebih lanjut ia menambahkan, sejak tahun 2019 hingga 2022, pada bulan yang bertepatan dengan momen perayaan Idul adha, komoditas sapi dan kambing di level produsen pedesaan dan perdagangan besar selalu mengalami kenaikan harga.
“Jika dibandingkan dengan pola inflasi di periode Ramadan dan Idulfitri, maka pola inflasi di bulan Zulhijjah (Perayaan Iduladha) relatif lebih rendah. Pada periode perayaan Iduladha di Indonesia, masyarakat cenderung tidak meningkatkan konsumsinya sehingga cenderung tidak terjadi dorongan potensi inflasi akibat permintaan (demand). Kenaikan harga cenederung karena faktor supply, dimana pasokan dari hasil produksi berkurang akibat belum memasuki masa panen atau eksternal lain,” pungkasnya.
Menanggapi adanya IPH tertinggi nasional di Kabupaten Seruyan, Staf Ahli Gubernur Kalteng Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan Yuas Elko meminta agar Satgas Pangan bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Kalteng secepatnya melihat langsung ke lapangan komoditas apa saja yang mempengaruhi kenaikan IPH tersebut.
“Kita juga harus memikirkan intervensi apa saja yang akan kita lakukan, dan mudah-mudahan kita bisa mengendalikan itu semua untuk membantu Pemerintah Pusat dalam pengendalian inflasi di Indonesia,” tutupnya.