
PALANGKA RAYA, KALTENGTERKINI.CO.ID – Untuk mewujudkan upaya percepatan penurunan stunting di Indonesia menuju keluarga berkualitas. BKKBN Provinsi Kalimantan Tengah menyelenggarakan Rapat Kerja Daerah (RAKERDA) Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting tahun 2023, Rapat ini dilaksanakan di Swiss-Belhotel Danum Palangka Raya, Rabu, (1/3/2023).
Rakerda ini mengusung tema “Peningkatan sinergitas dan kolaborasi pencapaian program bangga dan percepatan penurunan stunting.”
Staf ahli Gubernur ( Sahli) Bidang Kemasyarakatan dan SDM, Suhaemi dalam sambutannya mewakili Gubernur Kalimantan Tengah menyampaikan bahwa pemerintah memiliki target nasional menekan angka stunting mencapai 14%. Provinsi Kalimantan Tengah sendiri masih mempunyai Pekerjaan rumah ( PR) besar untuk mencapai target 15,38% pada tahun 2024, di mana berdasarkan SSGI tahun 2022, prevalensi stunting Kalimantan Tengah masih sebesar 26,9%. Oleh karena itu diharapkan konvergensi intervensi terhadap sasaran prioritas agar berjalan efektif, dengan kerja sama dan sinergisitas semua stakeholders.
Pencegahan stunting hendaknya dimulai dari proses awal yang kemudian bermuara pada tumbuh kembang anak. Proses awal yakni yang dimulai dari program pendampingan, konseling, dan pemeriksaan kesehatan tiga bulan pra nikah.
“Ketiga program tersebut bisa dilakukan lewat pengisian Aplikasi Elektronik Siap Nikah Siap Hamil (ELSIMIL) yang di-launching BKKBN beberapa waktu lalu, guna memastikan calon pasangan usia subur berada pada kondisi ideal untuk menikah dan hamil. Upaya intervensi penanganan stunting yang dilakukan pada proses tumbuh kembang anak, yakni saat diketahui berat badan anak kurang barulah dilakukan intervensi. Padahal penanganan dari awal yakni pada fase prenatal atau sebelum kelahiran, justru merupakan langkah penting untuk menjamin pemenuhan gizi, sehingga anak yang akan dilahirkan terbebas dari stunting ” ucap Suhaemi.
Selain itu program lain yang harus didukung dalam percepatan penurunan angka stunting adalah Program Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS). Program yang diluncurkan BKKBN ini merupakan gerakan gotong royong dari seluruh elemen bangsa dalam mempercepat penurunan stunting dan menyasar langsung keluarga yang mempunyai anak beresiko stunting.
“Kemudian setelah itu perlu digalakkan juga program Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT) yang dalam upaya pemenuhan gizi seimbang bagi keluarga beresiko stunting seperti ibu hamil, ibu menyusui, baduta (anak di bawah dua tahun), terutama dari keluarga yang kurang mampu, melalui pemanfaatan sumber daya lokal, termasuk bahan pangan lokal, yang dapat dipadukan dengan sumber daya dari mitra lainnya” imbuhnya.
Sementara itu Deputi Bidang Advokasi Penggerakan dan Informasi BKKBN RI, Sukaryo Teguh Santso menjelaskan prevalensi stunting se-Kalimantan Tengah sudah menurun dari tahun 2021 di angka 27,4% kemudian di 2022 pada angka 26,9%, Hal ini patut diapresiasi dan tetap optimis pada tahun ke depan stunting di Kalimantan Tengah ini menurun secara signifikan.
Saat ini upaya penurunan stunting sekarang juga harus menemu-kenali siapa yang menjadi sasaran kuncinya, sasaran tersebut sering mengacu kepada mereka yang memiliki potensi melahirkan balita stunting seperti calon pengantin. Jadi calon pengantin perlu diperhatikan, perlu mendapat pendampingan agar siap berkeluarga dan juga siap hamil.
Sasaran berikutnya adalah ibu hamil, harus dipastikan betul Ibu hamil dapat diperiksakan minimal enam kali selama riwayat kehamilannya sehingga bisa dideteksi aspek kesehatan baik Ibu maupun janin. Kemudian sasaran berikutnya yaitu ibu menyusui, apakah sudah memberi ASI secara eksklusif selama 6 bulan atau tidak. Maka dari itu penekanan dari sasaran-sasaran tersebut adalah pada gizi itu sendiri dan pola asuh yang baik.
“Jadi asupan gizi, sebenarnya dari tiga sasaran kunci tadi maka intevensi spesifik pemenuhan gizi yang baik itu menjadi sebuah prasyarat untuk percepatan penurunan stunting. Di samping memang persiapan sebelum menikah bagi calon pengantin. Bagi calon pengantin menikah dan hamil di usia muda di bawah 20 tahun itu beresiko, tidak hanya bagi ibu yang melahirkan tetapi justru balitanya dan ini menjadi faktor yang membuktikan resiko stunting menjadi tinggi berdasarkan penelitian beberapa negara.” terangnya.
Menanggapi hal ini Plt. Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Kalimantan Tengah Dison turut menyampaikan harapannya agar Kedepan kasus Stunting di Kalteng bisa ditekan sesuai target yang diharapkan.
“Semoga dari pertemuan RAKERDA ini mendapat komitmen dari pemerintah daerah maupun para mitra BKKBN, kita akan lebih gencar dalam upaya pencapaian target yang sudah ditetapkan oleh pemerintah Kalimantan Tengah pada tahun 2024 mencapai 15,36%. Tentunya harus dengan kerja keras dan juga sekarang kita sudah membentuk tim pendamping keluarga yang tersebar di beberapa daerah desa/kelurahan Kalimantan Tengah, harapan kita mereka melakukan pendampingan terhadap ibu pasangan usia subur hamil dan ibu menyusui.” Pungkasnya.