
PALANGKA RAYA, KALTENGTERKINI.CO.ID – Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah terus berupaya menekan laju Inflasi, salah satunya menggelar rapat rutin secara virtual bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), Menteri Dalam Negeri, Badan Pusat Statistik Bidang Deputi Bidang Statistik, Distribusi dan Jasa, Badan Pangan Nasional Deputi bidang Ketersediaan Stabilisasi Pangan, Dirjen Perdagangan Dalam Negeri, dan sejumlah Menteri terkait lainnya.
Sementara dari Pemerintah Provinsi, turut hadir rapat adalah Asisten Ekobang Leonard S. Ampung, Staf Ahli Yuas Elko mewakili Gubernur Kalteng, H. Sugianto Sabran, dan seluruh kepala dinas provinsi Kalimantan Tengah, Senin (13/2/2023).
Asisten Ekobang Provinsi Kalteng, Leonard S. Ampung mengatakan, hari ini kita mengikuti rapat rutin setiap minggu TPID, Mendagri dan beberapa kementrian terkait. Dan pada hari ini memang kita konsen terhadap penanganan inflasi yang ada di Kalimantan Tengah.
Kita melihat adanya beberapa komoditi yang memang harus kita jaga dan kawal terutama Beras, Cabai, Ayam Ras, dan Telur. Dan ini kita harapkan mendekati bulan puasa dan menghadapi hari raya tidak terlalu signifikan kenaikannya. Karena setiap tahun pasti terjadi kenaikan.
“Maka dari itu pada kesempatan yang baik ini, kita tetap berkolaborasi dan berkoordinasi di tim ini bagaimana kita tetap melakukan pasar murah, operasi pasar, kemudian yang paling penting adalah memastikan stok. Kita berharap pendistribusian komoditi ini tidak terhambat baik dari daerah terdekat maupun luar pulau.”
Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Kalteng, Aster Bonawaty menambahkan, setiap wilayah mempunyai kuota tersendiri. Untuk minyak goreng di wilayah kita sekitar 300 ribu liter yang setiap pendistribusiannya maupun harganya setiap hari. Jadi ketika stok berkurang akan dikoordinasikan kembali agar didistribusikan.
Secara virtual, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian juga menyampaikan terima kasih atas penanganan inflasi yang mana saat ini dapat menekan dengan baik. Tak lupa ia juga menyampaikan pesan Bapak Presiden yang mengapresiasi kerja keras yang dilakukan oleh pemerintah daerah. dan terus meningkatkan kerja sama dalam menekan angka inflasi. Sebelum itu 4 daerah akan menyampaikan best practice karena mampu mengendalikan inflasi dg baik, Prov. Kaltim 4,90%, Kota Tanjungpinang Kepulauan Riau 4,45%, 2 daerah lainnya juga ada inflasi yang relative tinggi di atas 5,28% yaitu Jabar 6,06%, dan Kabupaten Sumenep (Jawa Timur) 6,73%
Badan Pangan Nasional Deputi bidang Ketersediaan Stabilisasi Pangan Dr. I Gusti Ketut Astawa, menyampaikan berdasarkan 14 komoditi yang didata, dari beras premium hingga jagung di tingkat peternak Hampir semua harga mengalami kenaikan dibanding dengan hari kemarin, juga dari minggu lalu, bulan lalu.Harga rata-rata pangan pokok dan strategis Tk. Eceran:
- Beras Premium, HET Rp12,800 dibanding 12 Februari 2023 HET Rp13.324 (naik 4,10%)
- Beras medium, HET Rp9.450 dibanding 12 Februari 2023 HET Rp11.660 (naik 23,39%)
- Bawang merah, HAP Rp36.500 dibanding 12 Februari 2023 HAP Rp40.014 (naik 9,63%)
- Cabai merah keriting, HAP Rp37.000 dibanding 12 Februari 2023 HAP Rp41.483 (naik 12,12%)
- Cabai rawit merah, HAP Rp40.000 dibanding 12 Februari 2023 HAP Rp54.651 (naik 36,63%)
- Telur ayam ras, HAP Rp27.000 dibanding 12 Februari 2023 HAP Rp28.839 (naik 6,81%)
- Gula Konsumsi, HAP Rp13.500 dibanding 12 Februari 2023 HAP Rp14.396 (naik 6,63%)
- Minyak Goreng Curah, HAP Rp14.000 dibanding 12 Februari 2023 HAP Rp15.068 (naik 7,63%)
- Jagung tingkat peternak, HAP Rp5.000 dibanding 12 Februari 2023 HAP Rp5.939 (naik 18,79%)
Berdasarkan data tersebut potensi pangan yang perlu diwaspadai adalah Beras, minyak goreng, gula pasir konsumsi. Isu utama komoditas beras beberapa sebagai berikut:
- Harga beras Premium dan Medium cenderung naik, kenaikan harga beras sejalan dengan naiknya harga gabah di tingkat petani. Kenaikan diduga Karena berkurangnya pasokan beras akibat minimnya panen di wilayah sentra serta efek psikologis pasar akibat minimnya stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) sehingga munculnya spekulan di pasaran.
- Stok beras CBP di perum BULOG saat ini 322.445, jauh di bawah stok normal 1-1,5 juta ton
- Stok beras di PIBC sebagai salah satu barometer harga beras nasional 14,277 ton, jauh di bawah stok normal 30.000 ton.
Menangani isu tersebut upaya mitigasi yang dilakukan yaitu:
- Optimalisasi pelaksanaan SPHP beras medium tingkat konsumen secara massif baik secara volume maupun lokasi.
- Badan Pangan Nasional sedang membentuk tim monitoring dan evaluasi pelaksanaan SPHP beras di tingkat konsumen bersama setkab, Kemenko Perekonomian, Kemendag, Kementan, Dinas urusan pangan Prov/kab/kota, dan Satgas Pangan POLRI untuk mengawal pelaksanaan SPHP agar tepat sasaran.
- Percepatan pengadaan beras luar negeri oleh PERUM BULOG sebanyak 500 ribu ton agar tuntas pada akhir Januari atau pertengahan Februari 2023 sebelum memasuki masa panen raya.
- Badan Pangan Nasional telah meminta Perum BULOG untuk meningkatkan harga pasokan beras CBP di PIBC yang merupakan barometer harga beras nasional.
- Mobilisasi beras CBP baik regional maupun nasional.
- Badan Pangan Nasional sedang melakukan reviu kebijakan HPP Gabah Beras dan HET Beras.
Berlanjut ke isu gula konsumsi, saat ini musim giling tebu 2023 belum dimulai sehingga berpotensi terjadinya penurunan stok gula. Potensi kenaikan harga gula seiring dengan penurunan stok gula ex tebu dan belum optimalnya pasokan gula ex impor.
Berdasarkan isu tersebut rekomendasi kebijakan yang disampaikan yaitu memonitor stok gula di gudang PG baik yang dimiliki PG, petani, maupun pedagang. Memonitor realisasi produksi dan distribusi gula hasil penugasan akhir tahun 2022 agar dapat segera masuk ke konsumen untuk mengisi pasokan sebelum dimulainya musim giling 2023.
Badan Pangan Nasional Deputi bidang Ketersediaan Stabilisasi Pangan, Dr. I Gusti Ketut Astawa menambahkan “Ini menjadi tantangan kita bersama untuk mengendalikan inflasi, karena secara sederhananya kita bisa mengarahkan harga itu mendekati harga acuan maka dipastikan inflasinya akan lebih baik. Karena memang harga acuan itu selalu berada di bawah inflasi dan kita melakukan untuk menata inflasi.”