Waspadai Intoleransi, Radikalisme & Terorisme, Gerdayak Sosialisasi Ke Desa

KOTAWARINGIN TIMUR, KALTENGTERKINI.CO.ID – Membuktikan komitmennya untuk turut menjaga masyarakat Dayak, dan mendukung Pemerintah mengantisipasi pengaruh negatif paham intoleransi, radikalisme dan terorisme, Selasa (6/12/2022), Gerdayak Indonesia menggelar sosialisasi kepada masyarakat desa Sungai Ubar Mandiri di Kecamatan Cempaga Hulu, kabupaten Kotawaringin Timur.
Acara ini dihadiri unsur Pemerintah Desa, Mantir Adat, para tetua, dan warga masyarakat Desa Sungai Ubar Mandiri.
Sosialisasi disampaikan langsung oleh Ketua Umum Gerdayak Indonesia Yansen Binti, MBA yang didampingi Wakil Ketua DPP Gerdayak Kalteng Adrianson dan Wasekum Gusto Adrianus serta beberapa pengurus DPP Gerdayak Kalteng.
Dalam paparannya, Ketum Gerdayak menjelaskan kepada masyarakat pentingnya menjaga toleransi dalam kehidupan bermasyarakat agar jangan sampai berubah menjadi intoleransi yaitu sikap yang tidak bertoleransi. “Sikap intoleran adalah sikap awal dari terbentuknya radikalisme, lalu meningkat menjadi ekstremisme, dan terakhir menjadi terorisme.
Jadi, intoleransi adalah benih dari radikalisme dan terorisme,” ujar Yansen yang kemudian menjelaskan satu per satu makna istilah-istilah tersebut.
Bibit intoleransi juga menjadi ancaman untuk falsafah Huma Betang yang sudah menjadi prinsip hidup masyarakat Dayak turun temurun, “Bagi kita masyarakat Dayak, hidup berdampingan dalam perbedaan itu adalah biasa, sudah biasa bagi masyarakat Dayak kalau dalam satu rumah ada anggota keluarga yang berbeda agama, itu tidak pernah dipersoalkan, nah itulah yang disebut toleransi,” jelas Yansen.
Jadi masyarakat Dayak itu sudah punya toleransi tinggi sejak jaman dahulu, ini yang menciptakan kerukunan dan kekompakan dalam masyarakat Dayak. Kerukunan inilah yang harus kita jaga bersama dalam kehidupan masyarakat yang bertoleransi.
Namun toleransi kita sekarang ini mendapat ancaman baru, yaitu bibit-bibit intoleransi, dimana pemikiran pemikiran anti toleransi mulai disebarkan oleh pihak-pihak yang tidak ingin melihat masyarakat Indonesia hidup damai dalam kerukunan.
“Kita perlu mewaspadai kalau ada pihak-pihak yang mempengaruhi pola pikir masyarakat, biasanya pemikiran anti toleransi itu ujungnya adalah perpecahan, tidak mau menerima perbedaan. Makin lama kita biarkan maka pemikiran anti toleransi ini akan berubah menjadi sikap radikal, keras, merasa paling benar, lalu ujungnya melahirkan tindakan terorisme,” jelas Yansen.

Lebih jauh Yansen menambahkan intoleransi, radikalisme, dan terorisme merupakan musuh bangsa Indonesia, karena tidak sesuai dengan ideologi dan konsensus dasar negara. Kejahatan teroris merupakan kejahatan luar biasa (extraordinary) dan kejahatan transnasional,
Oleh karena itu, setiap masyarakat bersama negara perlu mengantisipasinya sedini mungkin. Meningkatnya tindakan dan perilaku provokatif oleh kelompok tertentu yang dapat mengganggu ketertiban umum dan memecah belah persatuan dan kesatuan negara.
“Kita perlu mewaspadai hasutan-hasutan yang dapat membangkitkan kemarahan masyarakat yang didasari oleh intoleransi dan paham radikal’, pesannya.
Sosialisasi yang digelar Gerdayak di desa Sungai Ubar Mandiri ini mendapat respon positif dari masyarakat, terbukti dengan banyaknya pertanyaan yang diajukan pada saat sesi tanya jawab di akhir acara sosialisasi. Ternyata para Tetua desa dan para pemimpin adat setempat juga merasakan fenomena perubahan jaman saat ini yang juga mempengaruhi sendi kehidupan bermasyarakat di desa mereka, walaupun desa Sungai Ubar Mandiri ini tergolong sulit dijangkau transportasi.
“Ini membuktikan bahwa jaman sudah berubah, kemajuan teknologi informasi telah menjangkau masyarakat sekalipun berada di pelosok-pelosok, oleh karena itulah kewaspadaan kita harus kita tingkatkan, khususnya terhadap pengaruh negatif perkembangan jaman yang bisa menyebabkan masyarakat Dayak terpecah belah,” ujar Yansen Binti menutup pemaparannya. (gst)