PALANGKA RAYA, KALTENGTERKINI.CO.ID – Tak hanya festival Budaya saja rangkaian dalam memperingati Hari Jadi Kalteng ke 65. Berbagai perlombaan pun disajikan salah satunya Sepak sawut.
Sebanyak empat kontingen dari Kabupaten Barito Timur, Sukamara, Kapuas dan Kota Palangka Raya berlaga di halaman UPT. Taman Budaya Kalteng, Palangka Raya, Rabu (18/5/2022). Antusias masyarakat yang menonton cukup bagus, karena selama dua tahun gelaran FBIM vakum akibat pandemi Covid-19.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kalteng, Hj Adiah Chandra menyampaikan bahwa antusias masyarakat untuk menonton lomba sepak sawut sangat tinggi.
“Kalau untuk sepak sawut sendiri promosinya bagus sehingga keinginan masyarakat untuk menonton lomba ini cukup tinggi, sebab lomba ini sangat menarik. Ada beberapa turis dari mancanegara yang menyampaikan bahwa mereka khusus datang untuk melihat Festival Budaya Isen Mulang. Jadi salah satu yang ingin mereka tonton adalah sepak sawut ini,” ujarnya.
Adiah juga menyebut, turis yang datang tersebut berasal dari negara New Zealand, turis tersebut sudah datang untuk kesekian kalinya khusus untuk menonton Festival Budaya Isen Mulang.
“Para turis itu berharap setiap tahun lokasi Festival Budaya Isen Mulang tidak berubah sehingga mereka bisa menyiapkan perjalanan mereka dari jauh-jauh hari ke Palangka Raya. Mereka juga berucap sepulangnya mereka ke negaranya nanti, akan mengajak lebih banyak teman-temannya untuk menonton Festival Budaya Isen Mulang di tahun depan,” ungkapnya.
“Mereka juga berharap Festival Budaya Isen Mulang ini bisa lebih dikembangkan lagi, tidak sekedar kabupaten/kota saja yang ikut, tetapi juga Regional Kalimantan. Karena secara budaya kita tidak jauh berbeda dengan Kalimantan lain, sehingga harapan ke depan sepak sawut bisa dilombakan antar Regional Kalimantan,” sambungnya.
Sebagai informasi, lomba sepak sawut ini dilakukan secara berkelompok, dimana tiap kelompok berjumlah 5 orang peserta. Dalam 1 kali permainan dilakukan selama 2×10 menit.
Sepak sawut atau sepak bola api merupakan salah satu adat masyarakat suku Dayak yang dahulunya digunakan sebagai ritual adanya kematian. Tradisi ini dimaksudkan untuk mengusir roh-roh jahat dengan cara menjadikan bola api sebagai alat untuk menakut-nakuti roh jahat.
Sepak sawut menggunakan kelapa kering yang terlebih dahulu dipukul-pukul agar empuk kemudian direndam di minyak tanah beberapa menit agar mampu menghasilkan api yang besar atau tinggi. Semakin tinggi api maka semakin bagus, agar roh jahat pun menjadi lebih takut.