Pedagang Minta Solusi Atasi Kenaikan Harga Bawang

 Pedagang Minta Solusi Atasi Kenaikan Harga Bawang

PALANGKA RAYA, kaltengterkini.co.id – Para pedagang sangat meminta agar ada solusi segera untuk mengatasi kenaikan harga bawang merah maupun bawang putih di pasaran, agar kebutuhan masyarakat tercukupi.

Selama ini bawang disuplay dari Surabaya dan kota besar lainya, khususnya pasokan terbesar dari Surabaya.

Pada saat pedagang beli bawang per tanggal 1 Februari lalu, dimana saat itu harga bawang di Palangka Raya masih normal Rp26 ribu/kg dibagi kepada pedagang, namun ternyata harga bawang di Surabaya sudah mahal yakni Rp40 rb/kg, itu pun barangnya sudah tidak ada. Sehingga berdampak kurangnya pasokan bawang untuk Palangka Raya, ungkap Ketua Pengurus Pasar Besar Palangka Raya, H. Hamidan kepada awak media, Rabu (5/2/2020).

Dikatakannya, kemungkinan ini dampak dari mewabahnya virus corona di sejumlah negara seperti Cina, karena bawang juga banyak impor dari luar sehingga suplaynya terhambat.

Menurut Hamidan, oleh sebab itu pihaknya meminta kepada pemerintah daerah kota maupun provinsi dan berinergi dengan pihak Bulog maupun Bank Indonesia (BI) untuk segera mencari solusi, dengan mengadakan pasar murah bawang atau pedagang bisa membeli dengan pihak Bulog, sehingga kebutuhan masyarakat akan bawang dapat terpenuhi.

“Kami meminta kepada pemerintah untuk memperhatikan dan sesegera mungkin mencari solusi atas kondisi naiknya harga bawang ini, karena kebutuhan Palangka Raya untuk bawang ini rata-rata 5 ton/hari, dua hingga tiga hari pasti habis. Apalagi ini akan mendekati bulan puasa ramadhan dan hari raya”, harapnya.

Sementara, Wakil Ketua Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Kalteng, Yodo Herlambang mengatakan pihaknya sudah mengetahui kondisi naiknya harga bawang di pasaran karena pasokan dari jawa sudah mahal.

Dari survey dan kajian Bank Indonesia, terdapat minus untuk bawang putih. Sedangkan bawang lokal Kalteng yang melakukan produksi bawang putih hanya dua kabupaten yakni Kotim dan Kuala Kapuas, sementara kebutuhan kita sekitar 5.373,63 ton per tahun, dan produksi lokal hanya 620 ton, sehingga minus 5.107,68 ton per tahun sehingga harus didatangkan dari luar khususnya pulau Jawa dan Kalsel.

“Karena memang sebagian kebutuhan bawang kita masih tergantung dengan impor bawang dan ini merupakan kebijakan pemerintah pusat”, ujar
Yodo Herlambang yang juga sekaligus sebagai Manager Bank Indonesia (BI) Provinsi Kalteng.

Dikatakannya, menyikapi ini kami akan berupaya melakukan intervensi, bisa berupa pasar murah bawang, ataupun menambah stok di pasar penyeimbang, semua kemungkinan akan kita pikirkan. Pihaknya akan terus memantu kondisi minusnya bawang merah maupun bawang putih ini, ucapnya. (dn)

EDITOR:


SUMBER: