Akibat Kabut Asap, Pendapatan Penjual Turun 20-30 Persen

 Akibat Kabut Asap, Pendapatan Penjual Turun 20-30 Persen

PALANGKA RAYA, kaltengterkini.co.id – Dampak kabut asap yang menyelimuti wilayah Kalimantan Tengah khususnya Kota Palangka Raya dan sekitarnya, akibat kebakaran hutan dan lahan sejak Juli – September lalu, mempengaruhi banyak sektor termasuk perekonomian turut terdampak.

Berdasarkan informasi dari responden survei Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), terdapat penurunan pengunjung yang datang ke pasar tradisional dan berdampak pada penurunan pendapatan penjual sekitar 20-30%.

Disamping itu, terjadinya gangguan kabut asap menghambat pendistribusian
sejumlah komoditas ke Kota Palangka Raya, dan secara teori hal ini dapat berdampak terhadap kenaikan harga.

Namun di saat yang bersamaan kabut asap memberikan dampak berkurangnya permintaan, yang tercermin dari menurunnya jumlah masyarakat yang datang ke Pasar Tradisional.

Hal tersebut menyebabkan pedagang tidak dapat menaikkan harga barang, ucap Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Kalteng, Rihando dalam rilisnya yang disampaikan ke media, Minggu (6/10/2019).

Berdasarkan pantauan di
lapangan, lanjut Rihando, stok komoditas kebutuhan pokok masyarakat saat ini masih dalam level yang cukup dengan harga yang relatif stabil.

Terjaganya harga kebutuhan pokok masyarakat tercermin pada deflasi yang terjadi di Kalimantan Tengah secara bulanan (month to month) pada bulan Juli, Agustus, dan September.

Deflasi pada tiga bulan tersebut berturut-turut adalah sebesar -0,25%, -0,29%, dan -0,07% (mtm).

Deflasi didorong oleh kelompok komoditas harga pangan bergejolak (volatile food) yang mengalami deflasi masing-masing sebesar -0,71%, -0,70%, dan -1,03% (mtm) pada bulan Juli, Agustus, dan September, ujarnya.

Dikatakannya lagi, Deflasi yang terjadi pada kelompok volatile food pada tiga bulan terakhir dimana terjadinya kabut asap mengkonfirmasi bahwa harga kebutuhan pokok relatif terjaga atau bahkan cenderung menurun.

Penurunan harga ini sejalan dengan pola musiman, dimana terjadi normalisasi harga pasca Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) hingga 3-4 bulan setelah Idul Fitri.

Disisi lain, dari sektor kesehatan
Dari sektor jasa kesehatan, terjadi permintaan alat-alat kesehatan yang meningkat tajam sejak bencana asap terjadi, seperti masker, oksigen murni, dan multivitamin, namun demikian harganya cenderung stabil dan terjaga.

Hal ini disebabkan oleh harga barang yang sudah ditetapkan dari apotek pusat bagi apotek ritel cabang, dan adanya penetapan harga eceran tertinggi untuk beberapa jenis obat dan multivitamin.

Selain itu, berdasarkan pemantauan, ditemukan pula pedagang yang justru memberi diskon pada masker dan tabung oksigen murni, dengan potongan harga atau promo pemberian masker gratis setelah pembelian masker/tabung oksigen dalam jumlah tertentu.

Pedagang mengutarakan keinginannya untuk tidak terlalu mencari untung dari kejadian bencana asap yang menyusahkan masyarakat. Diperkirakan bahwa dalam waktu dekat, tidak ada kenaikan harga atas barang-barang dimaksud, terang Rihando. (dn)

EDITOR:


SUMBER: