
Yohanes 19:30 – Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: “Sudah selesai.” Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.
Pendahuluan:
Segala Pujian dan Hormat Layak kita berikan kepada Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyelamat. Yakni Yesus Kristus yang pada beberapa hari ke depan akan diperingati KaryaNya sebagai Peringatan Jumat Agung, Ada baiknya kita semua merenungkan penderitaan dan pengorbanan Kristus yang Mulia itu bagi kita semua.
Jumat Agung tidak hanya sebuah peristiwa sejarah, tetapi juga sebuah cermin bagi kehidupan kita hari ini, terutama di tengah situasi sosial, politik, dan ekonomi yang penuh dinamika di Indonesia.
Selanjutnya, berangkat dari Yohanes 19:30 bahwa dalam bahasa Yunani Perjanjian Baru, kata yang digunakan untuk “selesai” adalah “τετέλεσται” (tetelestai), bentuk kata kerja perfect tense dari “τελέω” (teleō). Kata ini memiliki makna yang kaya dan sangat dalam.
Sudah selesai (tetelestai) mengandung beberapa makna antara lain;
Penyelesaian yang Utuh: Kata “tetelestai” digunakan dalam konteks ini untuk menandakan bahwa suatu tindakan atau misi telah diselesaikan sepenuhnya dengan sempurna. Dalam konteks Yohanes 19:30, ini merujuk pada penyelesaian rencana penyelamatan Allah melalui karya Kristus di kayu salib. Kristus telah melakukan segala sesuatu yang diperlukan untuk memenuhi kehendak Bapa-Nya dengan sempurna.
Pembayaran Utang: Dalam budaya Yunani kuno, “tetelestai” juga digunakan dalam konteks pembayaran hutang atau kewajiban. Ketika seseorang membayar utangnya sepenuhnya, dia akan menggunakan kata ini untuk menunjukkan bahwa hutangnya telah lunas. Dalam konteks penebusan dosa oleh Kristus, “tetelestai” menandakan bahwa Kristus telah membayar harga penebusan sepenuhnya dengan darah-Nya yang berharga.
Pencapaian Spiritual: Secara spiritual, “tetelestai” menunjukkan pencapaian yang menghasilkan pembebasan, pengampunan, dan kesempurnaan. Ini menunjukkan bahwa Kristus telah mengakhiri perjalanan-Nya di dunia ini dengan penuh keberhasilan, membuka jalan bagi keselamatan umat manusia.
Dengan demikian, penggunaan kata “tetelestai” dalam Yohanes 19:30 memberikan pemahaman yang dalam tentang kelengkapan, pembebasan, dan pemenuhan maksud Allah melalui karya penyelamatan Kristus di kayu salib. Ini menegaskan bahwa karya Kristus adalah karya yang selesai, dan keselamatan ditawarkan kepada semua yang percaya pada-Nya.
Pertama, melalui penderitaan Kristus, kita belajar tentang pengorbanan tanpa syarat. Ketika Yesus berkata, “Sudah Selesai,” Ia tidak hanya menyelesaikan penderitaan-Nya, tetapi juga memenuhi rencana penyelamatan Allah bagi manusia. Ini mengajarkan kita bahwa pengorbanan yang sesungguhnya adalah ketika kita melihat kepentingan orang lain lebih dari kepentingan diri sendiri. Di tengah kondisi sosial dan politik yang dinamis ini, marilah kita membangun masyarakat yang lebih baik dengan sikap saling mengasihi dan rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan sesama.
Yesaya 53:5 – Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.
Kedua, Kita perlu memahami bahwa penderitaan Kristus adalah bagian dari rencana Allah untuk keselamatan umat manusia. Demikian pula, di tengah tantangan ekonomi yang berat, kita harus percaya bahwa Allah memiliki rencana untuk memulihkan dan menyelamatkan kita. Seperti Yesus yang menerima kehendak Bapa-Nya, marilah kita juga percaya bahwa dalam setiap penderitaan dan kesulitan, Allah bekerja untuk kebaikan kita.
Dapatkah kita sedikit membayangkan sebuah desa kecil yang tengah dilanda bencana alam. Rumah-rumah hancur, tanaman mati, gagal panen dan penduduknya terlantar. Di tengah keputusasaan mereka, seorang pemuda muda, terinspirasi oleh kisah Jumat Agung, memimpin upaya penyelamatan dan pemulihan. Dia mengorbankan waktu, tenaga, bahkan nyawanya sendiri untuk menyelamatkan sesama warga desa. Tindakannya mencerminkan pengorbanan Kristus, yang memberikan inspirasi dan harapan kepada mereka yang menderita.
Ketiga, ilustrasi tentang pemuda yang mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan desanya menggambarkan panggilan kita untuk menjadi berkat bagi sesama, terutama di tengah Dinamika yang terjadi di Indonesia, di mana bencana alam, kemiskinan, dan ketidakadilan sosial masih menjadi kenyataan, kita dipanggil untuk bertindak seperti Kristus, memberikan harapan dan pertolongan kepada mereka yang membutuhkan.
Matius 26:39 – ” Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.”
Sebagai anak-anakNya, marilah memberi diri merenungkan penderitaan Kristus dan juga bertindak sesuai dengan ajaranNya. Jadilah saksi kasih dan pengorbanan Kristus di tengah dunia yang penuh dengan penderitaan dan kesulitan. Dengan demikian, kita dapat menjadi terang bagi bangsa dalam setiap situasi yang dihadapi.
Berdoalah bersama-sama seluruh umatNya, memohon agar Allah memberkati dan memimpin kehidupan dalam perjalanan iman kita. Sehingga dapat meneladani pengorbanan dan kasih Kristus, dalam setiap aspek kehidupan. Amin.
Top of Form