Buka Puasa Bersama. Wagub Harapkan Dukungan Dari Penuh Masyarakat dan Pemuda Pancasila Bangun Daerah
Komponen Harga Bergejolak Dorong Terjadinya Inflasi

PALANGKA RAYA, kaltengterkini.co.id – Komponen harga bergejolak (volatile foods) menjadi pendorong utama terjadinya inflasi di Palangka Raya (0,25 persen) dan Sampit (0,17 persen).
Dari 82 kota pantauan IHK nasional, 43 mengalami inflasi dan 39 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Manado (1,22 persen) dan deflasi tertinggi di Balikpapan (0,69 persen). Palangka Raya dan Sampit menempati peringkat ke-4 dan ke-15 kota inflasi tertinggi di tingkat
nasional.
Inflasi di Palangka Raya (0,64 persen) dipengaruhi oleh naiknya indeks harga kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan (1,35 persen) dan bahan makanan (1,28 persen), ungkap Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalteng, Yomin Tofri dalam siaran pers, Jumat (2/11/2019).
Yomin menjelaskan, sementara Inflasi di Sampit (0,21 persen) dipengaruhi oleh kenaikan indeks harga kelompok sandang (2,01 persen) dan bahan makanan (0,53 persen).
Berdasarkan dua kota acuan (Palangka Raya dan Sampit), Provinsi Kalimantan Tengah mengalami inflasi (0,48 persen), yang diikuti oleh laju inflasi tahun kalender (1,39 persen) dan tingkat inflasi tahun ke tahun (2,57 persen) cukup rendah.
Menurutnya, selama Oktober 2019, di Palangka Raya terjadi inflasi sebesar 0,64 persen atau mengalami kenaikan indeks harga dari 133,11 (September 2019) menjadi 133,96 (Oktober 2019).
Terjadinya inflasi terutama dipengaruhi oleh kenaikan indeks harga pada kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan (1,35 persen), bahan makanan (1,28 persen), dan sandang (0,58 persen), ucapnya.
Ia menambahkan, laju inflasi tahun kalender (1,58 persen) dipengaruhi oleh kenaikan indeks harga kelompok sandang (5,72 persen), bahan makanan (3,20 persen), pendidikan, rekreasi, dan olah raga (2,98 persen), kesehatan (2,80 persen), serta makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (2,50 persen).
Sementara itu, inflasi tahun ke tahun (2,68 persen) juga dipicu oleh dampak dari lonjakan kenaikan indeks harga kelompok sandang (6,18 persen), bahan makanan (3,90 persen), kesehatan (3,64 persen), serta pendidikan, rekreasi, dan olahraga (3,30 persen). (dn)