Stabilitas Sektor Jasa dan Keuangan hingga Oktober, Terjaga

 Stabilitas Sektor Jasa dan Keuangan hingga Oktober, Terjaga

JAKARTA, kaltengterkini.co.id –
Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso dalam diskusi menyampaikan bahwa kondisi stabilitas sektor jasa keuangan hingga pekan keempat Oktober dalam kondisi terjaga di tengah perlambatan pertumbuhan perekonomian global.

Intermediasi sektor jasa keuangan tercatat membukukan perkembangan yang stabil dengan profil risiko yang terkendali, ungkapnya pada acara CEO Networking 2019 yang bertema “Embracing the Opportunities in Dynamic Global Economy” dalam rangkaian HUT ke-42 Tahun Pasar Modal Indonesia bagi CEO dari Stakeholders di Pasar Modal Indonesia yang digelar, Kamis (31/10/2019).

Menurutnya, data September menunjukkan CAR perbankan sebesar 23,38 persen, Risk Based Capital (RBC) asuransi jiwa 667,47 persen, RBC asuransi umum 321,4 persen dengan gearing ratio perusahaan pembiayaan 2,72 kali. Risiko kredit dan pembiayaan juga terjaga dengan NPL gross 2,66 persen dan NPL nett 1,15 persen. NPF gross 2,66 persen dan NPF nett 0,55 persen.

Kredit perbankan sampai September mencapai Rp5.524,19 triliun atau tumbuh 7,89 persen (yoy), antara lain ditopang kredit infrastruktur Rp777,89 triliun (16,67 persen/yoy), kredit pariwisata Rp131,56 triliun (7,35 persen/yoy), kredit pengolahan Rp917,46 triliun (5,54 persen/yoy), kredit perikanan kelautan Rp93,22 triliun (0,07 persen/yoy) dan kredit perumahan Rp512,8 triliun (9,99 persen/yoy), jelasnya.

Dikatakannya, sementara Dana Pihak Ketiga, perbankan mencapai Rp5.891,92 triliun atau tumbuh 7,4 persen (yoy). Penghimpunan dana di Pasar Modal mencapai Rp140,3 triliun dengan jumlah IPO sebanyak 40 perusahaan.

“Dinamika perekonomian global pasti berdampak ke Indonesia termasuk sektor jasa keuangan dan sektor riil. Untuk itu diperlukan sinergi yang kuat dalam membangun sektor prioritas pemerintah. Sektor jasa keuangan juga masih memiliki ruang permodalan untuk mendorong perekonomian nasional,” kata Wimboh.

Menurutnya, diperlukan strategi dalam menguatkan stabilitas sektor jasa keuangan di tengah pelemahan ekonomi global antara lain dengan meningkatkan permodalan, likuiditas, dan Cadangan Kerugian Penilaian Nilai (CKPN), kemudian membangun kepercayaan pasar, mendorong mesin baru penggerak sektor riil dan mengembangkan sektor berefek bergulir seperti pariwisata, industri ekspor dan subsititusi impor.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan bahwa meski pelambatan ekonomi global akan mempengaruhi perekonomian nasional, Indonesia diyakini bisa menjaga pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen.

Indonesia memiliki pertumbuhan 5 persen selama 10 tahun ini. Meski di luar global environment (terjadi pelambatan) Indonesia bisa menjaga pertumbuhan di atas 5 persen.

“Disamping itu, Indonesia memiliki kemampuan menjaga karena ekonomi cukup besar. Size marketnya mampu menjadi insurance untuk menompang ketidakpastian global environment. Ini merupakan potensi yang besar,” katanya.

Menurutnya, Pemerintah akan menjaga ekonomi Indonesia yang harus dapat diimbangi optimisme dari CEO dan aktor ekonomi industri nasional. Pemerintah sadar dinamika kondisi tidak tidak terlalu positif, namun di dalam negeri punya optimisme tinggi.

Pemerintah akan menciptakan dampak kebijakan yang kongkrit dengan bekerja sama antar menteri dan daerah. Optimisme dapat ditularkan ke dunia usaha. Pemerintah akan fokus kepada delivery seperti yang dikatakan oleh presiden.

Sedangkan Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan bahwa BI optimistis pertumbuhan ekonomi akan mencapai 5,1 % tahun ini, dengan nilai tukar rupiah stabil di kisaran Rp14 ribu per dolas AS. Bank Indonesia, OJK dan Kemenkeu akan terus menjaga stabilitas ekonomi tetap terjaga. (dn)

EDITOR:


SUMBER: